Contoh PTK (Penelitian Tindakan Kelas)
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Keberhasilan proses pembelajaran sebagai
proses pendidikan di suatu sekolah dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang dimaksud misalnya guru, siswa, kurikulum, lingkungan
sosial, dan lain-lain. Namun darifaktor-faktor itu, guru dan siswa
faktor terpenting. Pentingnya faktor guru dan siswa tersebut dapat
dirunut melalui pemahaman hakikat pebelajaran, yakni sebagai usaha sadar
guru untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan kebutuhan minatnya.
Bahwa pendidikan merupakan hal yang
penting dalam kehidupan manusia kiranya merupakan hal yang tak dapat
dibantah. Pada kenyataanya pendidikan telah dilaksanakan semenjak adanya
manusia, hakikatnya pendidikan merupakan serangkian peristiwa yang
komplek yang melibatkan beberapa komponen antara lain: tujuan, peserta
didik, pendidik, isi/bahan cara/metode dan situasi/lingkungan. Hubungan
keenam faktor tersebut berkait satu sama lain dan saling berhubungan
dalam suatu aktifitas satu pendidikan (Hadikusumo, 1995;36).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan
oleh peneliti pada SD Negeri 2 Pengatigan dapat ditemukan hal-hal
sebagai berikut: (1) Kondisi lingkungan yang kurang kondusif, karena
letak SD tersebut berdekatan dengan jalan dan rumah penduduk, (2)
Berdekatan dengan penggergajian kayu. Dari situasi dan kondisi seperti
ini mempengaruhi proses belajar mengajar yang sedang berlangsung,
seperti kebisingan suara gergaji, dan banyaknya kendaraan yang berlalu
lalang, sehingga perhatian siswa dapat terganggu. Selain itu perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar anaknya juga kurang, dengan bukti
saat guru memberikan informasi tentang prestasi belajar anaknya yang
sangat menurun, banyak orang tua bersikap masa bodoh ini yang
menyebabkan penurunan prestasi belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut di
atas dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran di SD Negeri 2 Pengatigan
tidak kondusif, sehingga menyebatkan penurunan nilai mata pelajaran
IPA. Adapun nilai mata pelajaran yang diperoleh siswa SD tersebut pada
tahun ajaran 2003/2004 dibawah nilai standar yaitu 6,1, sedangkan nilai
standar yaitu 6,5 maka dapat dikatakan bahwa dalam pelaksanaan proses
belajar mengajar tidak kurang optimal.
Salah satu model pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara optimal adalah model pembelajaran Quantum Teaching. Model pembelajaran ini merupakan model percepatan belajar (Accelerated Learning) dengan metode belajar Quantum Teaching. Percepatan
belajar yang di Indonesia dikenal dengan program akselerasi tersebut
dilakukan dengan menyingkirkan hambatan-hambatan yang menghalangi proses
alamiah dari belajar melalui upaya-upaya yang sengaja. Penyingkiran
hambatan-hambatan belajar yang berarti mengefektifkan dan mempercepat
proses belajar dapat dilakukan misalnya : melalui penggunaan musik
(untuk menghilangkan kejenuhan sekaligus memperkuat konsentrasi melalui
kondisi alfa), perlengkapan visual (untuk membantu siswa yang kuat
kemampuan visualnya), materi-materi yang sesuai dan penyajiannya
disesuaikan dengan cara kerja otak, dan keterlibatan aktif (secara
intelektual, mental, dan emosional).
Model pembelajaran ini menekankan
kegiatannya pada pengembangan potensi manusia secara optimal melalui
cara-cara yang sangat manusiawi, yaitu: mudah, menyenangkan, dan
memberdayakan. Setiap anggota komunitas belajar dikondisikan untuk
saling mempercayai dan saling mendukung. Siswa dan guru berlatih dan
bekerja sebagai pemain tim guna mencapai kesuksesan bersama. Dalam
konteks ini, sukses guru adalah sukses siswa, dan sukses siswa berarti
sukses guru.
Berdasarkan alasan tersebut, penulis ingin memecahkan masalah dengan strategi pembelajaran Quantum Teaching,
karena strategi tersebut bisa diterapkan di sekolah dasar. Seperti yang
telah dikutip oleh Bobbi De Porter (dalam Ari Nilandri, 1994;4)
menyatakan bahwa Quantum Teaching mencakup petunjuk
spesifik, untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif, merancang
kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
B. Identifikasi Masalah
Berdasar latar belakang yang dikemukakan diatas diperoleh beberapa identifikasi masalah sebagai berikut :
a) Adanya prestasi belajar untuk mata pelajaran IPA yang rendah.
b) Adanya faktor Lingkungan sekolah yang kurang mendukung dalam proses belajar mengajar.
c) Kurangya perhatian siswa dalam proses kegiatan pembelajaran.
d) Adanya karektristik siswa yang berbeda serta kelebihan dan kelemahan sehingga mempengaruhi penerimaan mata pelajaran IPA.
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah
ditentukan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu:
Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa melalui pembelajaran
Quantum Teaching bagi siswa SD Negeri 2 Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi.
D. Manfaat Penelitian
Adapun dua manfaat yang dapat diperoleh melalui penelitian ini, yaitu :
a. Bagi jajaran Dinas Pendidikan atau
lembaga terkait, hasil penelitian dapat dipertimbangkan untuk menentukan
kebijakan bidang pendidikan, terutama berhubungan dengan peningkatan
mutu pendidikan di sekolah.
b. Bagi Kepala Sekolah dan Pengawas,
hasil penelitian dapat membantu meningkatkan pembinaan profesional dan
supervisi kepada para guru secara lebih efektif dan efisien.
c. Bagi para guru, hasil penelitian
dapat menjadi tolok ukur dan bahan pertimbangan guna melakukan
pembenahan serta koreksi diri bagi pengembangan profesionalisme dalam
pelaksanaan tugas profesinya
d. Bagi SD Negeri 2 Pengatigan,
Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi sabagai subjek penelitian,
hasil penelitian ini dapat dijadikan alat evaluasi dan koreksi, terutama
dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran
sehingga tercapai prestasi belajar yang optimal
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Kerangka Teoritik
1. Tinjauan Tentang Teknologi Pendidikan
a. Pengertian Teknologi Pendidikan
Menurut Assosiation For Education And Technology (1994;l) “Intrument tecnology is the theory and praetice of’ the sains Development utilization, management and evalution of processes and resourses forleraning” Definisi
ini diterjemahkan sebagai teknologi pembelajaran adalah merancang
mengembangkan, memanfaatkan, dan mengevaluasi prosesproses dan
sumber-sumber teknologi pembelajaran terbagi dalam beberapa komponen.
Hal ini sesuai dengan pendapat Barbara B. Seels dan Rita Richcy (1994;9)
yang menyatakan bahwa teknologi pembelajaran meliputi :
1) Teori dan praktik.
2) Rancangan, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan dan evaluasi.
3) Proses dan sumber.
4) Untuk belajar.
Berdasar uraian tersebut, maka teknologi
pendidikan merupakan ilmu yang menaruh perhatian pada semua aspek
belajar melalui sumber – sumber belajar, baik yang dirancang,
dikembangkan, dikelola, dimanfatkan dan dievaluasi baik secara langsung
maupun tidak…..dst
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian ini
disusun untuk memecahkan suatu masalah, diujicobakan dalam situasi
sebenarnya dengan melihat kekurangan dan kelebihan serta melakukan
perubahan yang berfungsi sebagai peningkatan. Upaya perbaikan ini
dilakukan dengan melaksanakan tindakan untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diangkat dari kegiatan sehari-hari di kelas.
Penelitian tindakan adalah merupakan upaya kolaboratif antara guru dan
siswa, suatu kerja sama dengan perspektif berbeda. Misalnya bagi guru,
demi peningkatan profesi anaknya dan bagi siswa peningkatan prestasi
belajarnya. Bisa juga antara guru dan kepada sekolah, kerja sama
kolaborarif ini dengan sendirinya juga partisipasi setiap tim secara
langsung mengambil bagian dalam pelaksanaan PTK pada tahap awal sampai
akhir.
Penelitian tindakan ini termasuk dalam
penelitian tindakan kelas yang berbentuk kolaboratif. Menurut Suyanto
(1996;18) yang dikutip oleh Kasiani Kasbolah (1988;123) bahwa penelitian
kolaboratif melibatkan beberapa pihak yaitu guru, kepala sekolah maupun
dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik
pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, kolaboratif diberi
makna kerja sama antar guru dengan peneliti dari luar sekolah untuk
melakukan penelitian tindakan kelas secara bersama di kelas atau di
sekolah.
Adapun Kelebihan penelitian tindakan
menurut Sumsky seperti yang dikutip oleh Suwarsih Madya (1994;13-15)
adalah sebagai berikut :
1. Kerja sama dalam penelitian tindakan
menimbulkan rasa memiliki. Dalam pembelajaran bertujuan untuk
menimbulkan rasa memliki terhadap siswa sehingga dengan rasa memiliki
terhadap siswa merasa bertanggung jawab.
2. Kerja sama dalam penelitian tindakan
mendorong kualitas dan pemikiran kritis. Dengan penelitian tindakan guru
akan bertambah pengetahuan dan memiliki pemikiran yang kritis dalam
intropeksi diri tentang tugas yang dikerjakan sebelum dilakukan
penelitian tindakan.
3. Kerja sama meningkatkan kemungkinan
untuk berubah. Dengan kerja sama guru berusaha untuk merubah strategi
yang diterapkan sebelumnya dengan tujuan memperoleh hasil yang lebih
baik.
4. Kerja sama dalam penelitian
meningkatkan kesepakatan. Dengan kerja sama, guru mempunyai kesepakatan
bersama untuk menentukan strategi yang tepat untuk diterapkan guna
meningkatkan hasil belajar. Adapun penelitian tindakan juga mengandung
kelemahan sebagai berikut :
1. Berkaitan dengan kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam teknik dasar penelitian tindakan pada pihak peneliti.
2. Berkenaan dengan waktu.
3. Berhubungan dengan konsepsi proses kelompok.
4. Berkenaan dengan keuletan terhadap
pertanyaan agar dapat meyakinkan orang lain bahwa metode, strategi dan
teknik yang diteliti benar-benar berjalan secara efektif. Meskipun
penelitian tindakan mempunyai banyak kelebihan-kelebihan, namun demikian
kelemahan masih tetap ada yaitu dengan terbatasnya waktu, biaya, serta
sarana dan pra sarana yang mendukung.
Pendapat yang telah diuraikan mengenai
pemilihan tindakan, sesuai dengan penelitian yang dilakukan yaitu dengan
mengadakan perbaikan tritmentritmen untuk memperoleh peningkatan
kualitas tindakan yang diberika
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian.
SD Negeri 2 Pengatigan terletak di Desa
Pengatigan, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi. SD ini terdiri
dari enam kelas dengan dengan didukung oleh tenaga pengajar yang terdiri
dari 6 guru kelas, 1 guru Agama Islam dan 1 guru Olah raga. Fasilitas
yang dimiliki SD Negeri 2 Pengatigan antara lain UKS, Koperasi Siswa,
Perpustakaan dan ruang bermain. di SD Negeri 2 Pengatigan juga
diselenggarakan kegiatan yang bersifat ekstra kurikuler.
2. Data Penelitian.
Data yang dipergunakan dalam penelitian
ini adalah data primer berupa data pengamatan terhadap prestasi siswa
kelas V dalam pelajaran IPA.
B. Hasil Penelitian
1. Keadaan Awal Hasil Belajar Siswa
Sebelum pelaksanaan penelitian dengan menggunakan metode Quantum Teaching,
rata-rata hasil belajar IPA semester I kelas V SD Negeri 2 Pengatigan
menunjukkan adalah 6,1. Kondisi tersebut menjadikan indikator pada
penelitian ini bahwa kemampuan belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 2
Pengatigan adalah rendah. Rendahnya kemampuan siswa tersebut di atas
disebabkan karena siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari IPA.
Berdasarkan hasil observasi pada waktu guru mengajar, menunjukkan bahwa
pembelajaran yang terjadi cenderung bersifat monoton, satu arah, kurang
komunikatif, cenderung bersifat ceramah, serta siswa kurang terlibat
aktif.
Berdasarkan kajian awal tersebut, maka
perlu suatu pendekatan pembelajaran yang mampu meningkatkan situasi
kelas yang kondusif, siswa terlibat aktif dalam belajar, terjadinya
komunikasi dua arah, serta siswa meningkat motivasunya untuk belajar.
Pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran dengan metode Quantum Teaching yang dilaksanakan dalam tiga siklus.
2. Siklus I
a. Perencanaan
1) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarkan.
2) Guru mempersiapkan alat peraga gambar orang terkena penyakit.
3) Guru menugaskan kepada siswa untuk membawa buku IPA
4) Guru mempersiapkan lembar kerja untuk siswa.
5) Guru membagi siswa menjadi kelompok yang terdiri dari 4 anak.
b. Pelaksanaan
1) Sebelum di mulai pelajaran anak di ajak menyanyi, untuk menumbuhkan minat belajar
2) Anak-anak menyebutkan penyakit yang pernah dideritanya.
3) Anak-anak bersama guru memberi nama penyakit yang pernah dideritanya tersebut.
4) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan gambar-gambar yang ada hubungannya dengan macam-macam penyakit.
5) Anak-anak diajak menyanyi lagi baru kemudian mengulangi materi yang telah diterangkan guru.
6) Anak-anak diberi pujian bila bisa menjawab pertanyan dari guru.
c. Pengamatan
Pengamatan terhadap siswa dilakukan dalam penerapan metode pembelajaran Quantung Teaching.
1) Pengamatan terhadap kerja sama siswa
dalam kelompok Berdasarkan data hasil observasi kerja sama siswa dalam
kelompok saat pengajaran pada siklus I dengan metode Quantung Teaching pada
lampiran skor keaktifan siswa sebesar 52 dengan persentase 72,22% dan
termasuk kategori sedang. Ditinjau dari keaktifan masing-masing siswa,
sebagian besar siswa cukup baik dalam kerja sama kelompok, yaitu 9 dari
24 siswa atau 38,5% siswa dengan kerja sama yang tinggi, sebanyak 10
dari 24 siswa atau 41,7% siswa dengan kerja sama yang sedang dan
sebanyak 5 dari 24 siswa atau 20,8% siswa dengan kerja sama yang rendah.
2) Pengerjaan soal-soal siklus I
Perilaku siswa terhadap pengerjaan soal-soal siklus I ada yang serius,
ada yang masih acuh tak acuh, ada yang tampak bingung dan belum jelas.
3) Nilai hasil tes siklus I Berdasar
data hasil tes siklus I pada lampiran dapat diketahui nilai rata-rata
hasil belajar siswa adalah 6,6. Naik dari nilai sebelum dilakukan
pembelajaran metode Quantum Teaching yaitu 6.1. lebih jelasnya hasil belajar pada siklus satu tersebut dapat dilihat pada diagram berikut ini :
Gambar 3. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus I
4) Dampak perlakuan siklus I Siklus I
yang diawali dengan perencanaan, tindakaan dan pengamatan berpengaruh
pada diri siswa. Pengaruh tersebut dapat dilihat pada kerja sama siswa
dalam kelompok dan hasil nilai tes yang dilakukan. Hasil belajar dapat
diketahui peningkatannya yaitu pada nilai sebelum dilakukan
pembelajaran, rata-rata 6,1 dengan sesudah dilakukan pembelajaran dengan
metode Quantum Teaching, ratarata 6,6.
d. Refleksi siklus I
Berdasar hasil pengamatan menunjukkan
adanya peningkatan hasil belajar siswa meskipun ada siswa yang kurang
dalam kerjasama dalam kelompoknya. Beberapa siswa masih sibuk bermain
sendiri, bentuk pembelajaran yang diawali dengan menyanyi secara
bersama-sama menumbuhkan minat belajar yang lebih baik, namun
kekurangannya adalah bila siswa tersebut kurang suka bernyayi.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Guru mempersiapkan materi yang akan diajarakan.
2) Guru mengatur kelas supaya siswa dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Guru mempersiapkan contoh gambar-gambar.
b. Pelaksanaan
1) Siswa mengelompok berdasar kelompok masing-masing.
2) Anak-anak diajak bernyanyi dan bermain untuk menumbuhkan minat belajar.
3) Anak-anak menyebutkan aktifitas fisik dan istirahat yang mereka ketahui di sekitarmya..
4) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan gambar-gambar yang termasuk aktifitas fisik dan istirahat.
5) Anak-anak diajak mengulang materi secara bergilir.
6) Anak-anak diberi hukuman bila tidak bisa menjawab pertanyaan dari guru.
c. Pengamatan
1) Pengamatan terhadap kerja sama siswa
dalam kelompok Pengamatan dilakukan dengan melihat partisipasi siswa
dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan pada lampiran menunjukkan
diperoleh skor 62 dengan persentase 86,11 dan termasuk kategori tinggi.
Ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa dalam kelompok, sebagian
besar siswa yaitu 15 dari 24 siswa atau 62.5% partisipasinya dalam
kelompok tinggi, 8 dari 24 siswa atau 33.3% partisipasinya dalam
kelompok sedang dan 1 dari 24 siswa atau 4.2% partisipasinya dalam
kelompok rendah.
2) Pengerjaan soal-soal Siklus II Siswa
mengerjakan soal dengan antusias, hal tersebut dikarenakan minat
belajar semakin tinggi setelah mendapat perlakuan siklus II. Dalam
mengerjakan soal tes kedua ini, siswa lebih serius, tidak menoleh ke
kanan dan kiri serta lebih cepat menyelesaikan soalsoal.
3) Nilai hasil tes Siklus II Berdasar
hasil penelitian pada lampiran, diketahui nilai rata-rata hasil belajar
siswa pada siklus II adalah 7.3 atau mengalami kenaikan sebesar 0,7 atau
10,61% dari hasil belajajar rata-rata siklus I. Lebih jelasnya kenaikan
hasil belajar siswa pada siklus II ini dapat diperhatikan pada diagram
berikut.
Gambar 4. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklusII
4) Dampak perlakuan siklus II Siklus II
diawali dengan momen refleksi siklus I, siklus II berdampak pada diri
siswa yaitu dengan adanya peningkatan nilai tes. Hal tersebut
dikarenakan semakin antusiasnya siswa dalam mengikuti pelajaran.
d. Refleksi
Pengamatan yang dilakukan pada siklus II
yaitu partisipasi siswa terhadap kelompok menunjukkan bahwa partisipasi
siswa dalam kelompok sudah bagus, meskipun masih ada satu orang siswa
yang kurang dalam partisipasi kelompok.
4. Siklus III
a. Perencanaan
1) Guru menyiapkan materi pelajaran.
2) Guru mengatur siswa untuk dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
3) Guru mempersipkan alat peraga.
b. Pelaksanaan
1) Anak-anak berkelompok menurut kelompoknya masing-masing.
2) Anak-anak diajak menyanyi, bermain dan menari untuk menimbuhkan minat belajar.
3) Anak-anak menyebutkan jenis permukaan bumi yang mereka ketahui.
4) Anak-anak bersama guru menyebutkan jenis-jenis permukaan bumi.
5) Anak-anak bersama guru mendemonstrasikan permukaan bumi dengan globe.
6) Anak-anak diajak mengulang materi secara bergilir bila kurang lengkap guru melengkapi.
7) Anak diberi pujian bila bisa
menjawab pertanyaan, serta anak diberi hukuman bila anak tidak bisa
menjawab pertanyaan dengan menyanyi dan baca puisi di depan kelas.
c. Pengamatan
1) Pengamatan dilakukan terhadap kerja
sama siswa dalam kelompok Pengamatan dilakukan dengan melihat
partisipasi siswa dalam kelompok. Berdasar hasil pengamatan pada
lampiran menunjukkan diperoleh skor 67 dengan persentase 93,06 dan
termasuk kategori tinggi. Ditinjau dari partisipasi masing-masing siswa
dalam kelompok, sebagian besar siswa yaitu 19 dari 24 siswa atau
79,2%partisipasinya dalam kelompok tinggi, 5 dari 24 siswa atau
20,8%partisipasinya dalam kelompok sedang dan tidak ada satupun
siswayang partisipasinya dalam kelompok rendah.
2) Pengerjaan soal-soal sklus III Siswa
secara antusias mengerjakan soal-soal yang ditugsakan setelah mendapat
perlakuan siklus II, dalam mengerjakan soal siswa lebih serius dan
tampak berlomba dalam menyelesaikan soalsoal.
3) Nilai hasil tes siklus III Berdasar
hasil tes siklus III pada lampiran diketahui nilai rata-rata hasil
belajar siswa adalah 7,9 atau mengalami kenaikan sebesar 0,6 atau 8,22 %
dari nilai rata-rata hasil belajar siklus II. Lebihjelasnya kenaikan
hasil belajar siswa pada siklus III ini dapat dilihat pada diagram
berikut :
Gambar 5. Diagram Rata-rata hasil belajar siswa siklus III
4) Dampak perlakuan siklus III, Siklus
III yang diawali dengan momen refleksi siklus II berpengaruh pada hasil
belajar siswa. Refleksi dari proses pembelajaran pada siklus I, siklus
II sangat berpengaruh terhadap siklus III dalam peningkatan nilai siswa.
Selain itu diberlakukannya pembelajaran metode Quantum Teaching ini
juga menumbuhkan motivasi siswa dalam mengikuti pelajaran yang
ditunjukkan dari tingginya konsentrasi siswa dalam mengikuti pelajaran,
tidak ada siswa yang berbicara sendiri ataupun bermain sendiri….dst
ABSTRAK
Keberhasilan dalam pembelajaran tidak
terlepas dari cara memberi perlakuan kepada siswa. Bagi siswa kelas V SD
Negeri 2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita sehingga hasil tesnya selalu rendah. Kesulitan
tersebut karena siswa tidak mampu memahami soal cerita. Faktor yang
lain adalah tugas-tugas yang diberikan oleh guru sering tidak
menimbulkan keaktifan untuk memecahkan masalah. Bertolak dari masalah
tersebut diperlukan cara agar siswa dapat menyelesaikan soal cerita
lebih optimal. Melalui pemberian tugas diharapkan dapat membantu
pemahaman dan sekaligus meningkatkan keaktifan siswa.
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas
V SD Negeri 2 Pengatigan Kecamatan Rogojampi dengan jumlah siswa 24
orang. Guru pengamat dilibatkan untuk mengamati aktifitas siswa dan
guru. Penelitian ini dikatakan berhasil setelah siswa yang memperoleh
nilai > 7,00 mencapai > 80 % serta telah terjadi peningkatan
aktifitas siswa. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode
penelitian tindakan kelas. Penelitian berlangsung dalam dua siklus.
Tiap siklus menempuh prosedur perencanaan, pelaksanaan, observasi dan
refleksi. Dari hasil penelitian siklus I siswa yang memperoleh nilai
> 7,00 mencapai 54,54% dengan keaktifan cukup. Sesuai hasil refleksi
pada siklus I maka dilanjutkan pembelajaran pada siklus II. Hasil tes
pada siklus II siswa yang memperoleh nilai > 7,00 mencapai 81,81 %
dengan keaktifan tergolong aktif. Sesuai dengan harapan maka penelitian
ini berhasil mengoptimalkan
kemampuan menyelesaikan soal cerita pada siklus II.
Berdasarkan penelitian dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa metode pemberian tugas, kemampuan menyelesaikan
soal cerita pada siswa dapat dioptimalkan. Metode pemberian tugas mampu
meningkatkan aktifitas siswa belajar siswa. Dalam hal ini diharapkan
pada setiap guru, agar metode pemberian tugas digunakan dalam
pebelajaran tentang soal cerita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar