Contoh Proposal PTK Pendidikan Kewarganegaraan
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat
menunjang tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya
ialah kemampuan mengembangkan model pembelajaran.
Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru
harus dapat menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa,
materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai
beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar
dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam
pembelajaran PKn di daerah-daerah yang sumber daya manusianya masih kurang,
guru mengalamai kesulitan dalam mengembangkan model pembeajaran Cooperatif
Learning. Ini pun terjadi di SMPN SATAP RIMBA KARYA pada kelas VIII dari jumlah
siswa 36 orang yang mengikuti post tes pada materi Ideologi Pancasila dengan
pembelajaran model Cooperatif Leraning, hanya 17 orang yang dapat dinyatakan
lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19 orang dinyatakan belum lulus (52,78%).
(Data selangkapnya dapat dilihat pada tabel di lampiran).
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar PKn pada kelas
VIII materi Ideologi Pancasila dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan
tersebut terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai
47,22%. Prosentase tersebut jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%.Bahkan
prosentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil daripada prosentase
ketidaklulusan.Oleh karena itu, untuk kasus tersebut perlu diadakan remedial
klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini penulis lakukan melalui
kegiatan penelitian tindakan kelas.
Dalam rangka meningkatan prosentase kelulusan atau hasil
belajar siswa kelas VIII tersebut, tentunya guru dituntut merancang model
pembelajaran yang lebih tepat serta penerapan media pembelajaran yang variatif.
Berdasarkan kenyataan itulah penulis (guru) mencoba mengadakan PTK melalui
penerapan model pembelajarn questioning dengan berbagai variasi media
pembelajaran.
B.
Permasalahan Dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang teridentifikasi
dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil pembelajaran
materi Ideologi Pancasila dalam mata pelajaran PKn Kelas VIIISMPN SATAP RIMBA
KARYA dengan model pembelajaran Cooperatif Learning masih kurang
memuaskan.
2. Terdapat banyak
factor yang menyebabkan hasil belajar kurang optimal. Salah satu penyebabnya
adalah ketidaktepataan penggunaan model Cooperatif Learining dalam pembelajaran
materi Ideologi Pancasila pada kelas VIIISMPN SATAP RIMBA KARYA.
3. Perlu adanya model
pembelajaran lain yang digunakan untuk peningkatan hasil belajaran PKn dalam
materi Ideologi Pancasila di kelas VIIISMPN SATAP RIMBA KARYA, yang salah
satunya adalah penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. apakah melalui upaya penerapan metode Tanya
jawab bervariasi hasil belajar siswa akan meningkat?
2. “Penerapan Metode Tanya Jawab dengan
variasi media pembelajaran supaya bisa meningkatan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran PKn ”
3. seberapa besar pengaruh metode
tanya jawab dengan variasimedia
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa/?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. untuk mengetahui pengaruh penerapan
Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran PKn.
2. untuk mengetahui efektivitas penerapan
Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran
PKn terhadap peningkatan hasil belajar siswa;
3. untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh metode Tanya jawab dengan variasi media pembelajaran bias meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn.
E.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1.
Bagi Siswa
·
Dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar yang lebih
menyenangkan dan lebih variatif
·
Dapat meningkatkan minat dan motifasi siswa untuk
mempelajari materi pelajaran PKN
·
Melatih siswa agar terbiasa aktif dalam proses pembelajaran
·
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
2.
Bagi Guru
·
Merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang
profesional
·
Mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang lebih
menarik dan menyenangkan siswa
·
Dapat meningkatkan variasi dalam kegiatan pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
3.
Bagi Sekolah
·
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam melakukan
perencanaan dan pengembangan sekolah
·
Dapat meningkatkan kompetensi siswa
·
Meningkatkan kualitas lulusan
·
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan
·
Dapat meningkatkan prestasi dan kualitas sekolah
F. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
“Penerapan
Metode Tanya Jawab Dengan Variasi Media Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PKN”
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Hakekat Pembelajaran
1)
Pengertian Pembelajaran
Pembicaraan
tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan
pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat dipahami sebagai berikut:
pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi) kurikulum., atau
pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
Munandir
(2000:255) memberikan batasan mengenai pembelajaran sebagai berikut:
“Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke segala daya
upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan peristiwa
belajar di dalam diri orang tersebut.
Selanjuntnya
Gagne dalam Munandir (2000:256) menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran tersusun atas seperangkat
peristiwa (event) yang ada di luar diri si belajar, diatur untuk maksud
mendukung proses belajar yang terjadi dalam diri si belajar tadi.
Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1) menarik (membangkitkan)
perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar, (iii) mengingat kembali hasil
belajar prasyarat (apa yang dipelajari), (iv) menyajikan stimulus, (v)
memberikan bimbingan belajar, (vi) memunculkan perbuatan (kinerja) belajar,
(vii) memberikan balikan (feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan
meningkatkan retensi dan transfer.”
Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran bisa
berlangsung tanpa kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan seorang
“penyampai bahan”, atau “penyaji materi”, melainkan sekedar media, guru adalah
media, dan ia salah satu saja dari media pembelajaran. Pembelajaran tanpa
seorang guru mengasumsikan kemandirian dan otoaktivitas siswa selaku pebelajar.
Selanjutnya Depdiknas (2002:9) memberikan definisi pembelajaran sebagai
berikut:
“Pembelajaran adalah suatu
sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu
sistem, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan
metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangkaian upaya atau kegitan guru
dalam rangka membuat siswa belajar.
Berdasarkan
analisis teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka
menghasilkan terjadinya peristiwa belajar pada diri siswa untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran.
2)
Perencanaan Pembelajaran
Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang dilakukan guru adalah
menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis yang dituangkan dalam silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus pada hakekatnya adalah rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang merupakan penjabaran
dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam buku Panduan Penyusunan KTSP BNSP (2006:14), sebagai berikut:
Silabus adalah rencana pembelajaran
pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
Berdasarkan uraian di atas komponen
silabus harus memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/bahan/alat belajar.
Dalam menyusun silabus guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah
menetapkan penyusunan silabus, yakni:
1)
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang
menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2)
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3)
Sistematis
Komponen-komponen silabus saling
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4)
Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg,
taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5)
Memadai
Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
6)
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
7)
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8)
Menyeluruh
Komponen silabus
mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Adapun langkah-langkah pengembangan
atau penyusunan silabus, adalah:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Mengkaji
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum
pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep
disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
SI;
b. keterkaitan antara standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan antara
standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi
Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
a.
potensi peserta didik;
b.
relevansi dengan karakteristik daerah,
c.
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik;
d.
kebermanfaatan bagi peserta didik;
e.
struktur keilmuan;
f.
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g.
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h.
alokasi waktu.
3. Mengembangkan
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran.
d. Rumusan pernyataan
dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan
materi.
4. Merumuskan
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan
Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar
peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan
apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan.
e. Sistem
penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan
proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu
pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi
waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi
dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek
dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media
cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan
budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Selain
membuat silabus guru wajib membuat Rencana Pelaksnaan Pembelajaran. RPP pada
hakikatnya adalah proyeksi tentang apa yang harus dilakukan guru pada waktu
melaksanakan kegiatan pembelajaran, tidak lain adalah perbuatan atau tingkah
laku mengajar. Perbuatan mengajar dalam hal ini guru melaksanakan menentukan
metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
mempengaruhi siswa secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan demikian RPP sesungguhnya
merupakan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Penyususanan
RPP (BNSP,2006), sebagai berikut:
RPP
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu,
apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan
aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi
Dasar.
Menurut Buku Panduan Penyusunan RPP dari BNSP, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Artinya,
satu kompetensi dasar minimal memiliki
satu RPP. Adapun langkah-langkah dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (BNSP, 2006) adalah sebagai berikut:
A. Mencantumkan identitas
Pada
bagian ini harus mencantumkan nama sekolah, mata
pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
alokasi waktu
B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi
dasar.Apabila rumusan kompetensi dasar
sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan
tujuan pembelajaran.Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
beberapa tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi
pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok
yang ada dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode
dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai
model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan
dan/atau strategi yang dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Untuk
mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan
setiap pertemuan.Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan
pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Akan tetapi,
dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik
model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya.Oleh
karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan
sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan
oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan.Sumber belajar dituliskan secara
lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku
referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan
halaman yang diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian
dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai
untuk mengumpulkan data.Dalam sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk matrik
horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes
tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus
disertai rubrik penilaian.
B. Hakekat Metode Tanya Jawab
1.
Pengertian Metode Tanya Jawab
Adapun yang dimaskud metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari
guru kepada siswa, siswa kepada guru, atau dari siswa kepada siswa. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan bahwa:
“metode
tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru.”
Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman
(1987:119) menyatakan bahwa metode tanya jawab ini dapat dijadikan
sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran
lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar seperti
buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video,
masyarakat, alam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode Tanya Jawab adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan
mengedepankan pertanyaan-pertanyaan baik yang dibuat oleh siswa sendiri maupun
oleh guru yang bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Manfaat Penggunaan Metode Tanya Jawab
Penggunaan metode Tanya Jawab dengan baik dan tepat,
akan dapat merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Tanya Jawab adalah:
1). Materi menarik dan
menantang serta memiliki nilai aplikasi tinggi.
2). Pertanyaan
bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu
kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan
jawaban).
3). Jawaban pertanyaan
itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban siswa.
4). Dilakukan dengan
teknik bertanya yang baik. (Depdikbud, 1996:26).
Adapun manfaat penerapan metode Tanya Jawab dalam
sebuah pembelajaran yang produktif menurut buku Panduan CTL Direktirat PLP
adalah, untuk
a) menggali
informasi, baik administrasi maupun akademis
b) mengecek pemahaman
siswa
c) membangkitkan
respon kepada siswa
d) mengetahui
sejauhmana keingintahuan siswa
e) mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui siwa
f) menfokuskan
perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g) untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
3.
Langkah-langkah Penerapan Metode Tanya Jawab
Beberapa model penerapan metode Tanya Jawab yang akan
dikembangkan dalam PTK ini adalah:
1.
Model “Pertanyaan Siswa” (Modifikasi model dari
Siberman, 2002)Langkah-langkah (syntak) dalam pengembangan model ini adalah:
a) Bagikan potongan
kertas atau semacam kartu kepada siswa
b) Minta kepada siswa
menulis identitasnya dan membuat sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang sedang dibahas.
c) Setelah selesai,
tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain di sampingnya (biasanya
teman sebangku)
d) Minta masing-masing
siswa untuk menuliskan identitas dan memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut (jawaban betul diberi nilai 100), serta memberikan tanda cek (v)
apabila pertanyaan tersebut perlu dibahas lebih lanjut dan memberi tanda silang
(x) apabila pertanyaan tersebut tidak perlu dibahas.
e) Kembalikan
potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat pertanyaan.
Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari temannya (jawaban betul
diberi nilai 100).Selanjutnya setiap pertanyaan siswa yang mendapat tanda cek
(v) diminta untuk dibacakan secara keras.
f) Berikan respon
atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun terlebih dahulu harus memberikan
kesempatan kepada siswa yang untuk menjawabnya (terutama kepada siswa yang
membuat pertanyaan)
g) Buat rangkuman
2.
Model membuat pertanyaan (modifikasi dari model Siberman,
2002)
Langkah-langkah
dalam pengembangan model ini adalah:
a) Bagi siswa dalam
beberapa 6 kelompok
b) Cek kesiapan
siswa, setiap kelompok harus memiliki buku teks pegangan, apabila tidak guru
dapat mempersiapkannya dengan memberikan hasil foto copy atau rangkuman yang
dibuat guru sendiri.
c) Perintahkan kepada
setiap kelompok untuk membuat 5 pertanyaan dan sekaligus jawaban sesuai dengan
materi atau pokok bahasan yang sedang dibahas. (Materi bahasan atau tugas
setiap kelompok berbeda),
d) Adakan kegiatan
kuis yang bertindak sebagai juri adalah kelompok tertentu yang pertanyaan akan
dibacakan, sedangkan kelompok lain sebagai peserta atau yang menjawab
pertanyaan. Setiap kelompok yang dapat menjawab pertanyaan diberi nilai
100.
e) Lakukan secara
bergiliran sampai setiap kelompok mendapat giliran sebagai juri.
f) Buatlah kesimpulan hasil diskusi
Metode Tanya Jawab seperti di atas akan penulis coba
praktekkan dengan menggunakan bantuan media pembelajaran seperti buku paket,
LKS, gambar, guntingan kasus baik dari koran maupun majalah, potongan
kertas, dan berbagai media lainnya yang dipandang perlu dan tersedia.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran dalam prakteknya tentunya mungkin
tidak selalu sama dengan langkah-langkah umum seperti yang telang dikemukakan
di atas. Hal ini akan disesuaikan berdasarkan hasil refleksi antara peneliti
dengan mitra peneliti setelah siklus penelitian dimulai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar