Senin, 29 Mei 2017

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PKn SM/MA/SMK

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS PKn SM/MA/SMK 

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK


HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
 
 
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang diinginkan.

Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

Secara tidak disadari, karena rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk), kurangnya pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir semester.

Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan, siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di papan tulis. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal.

Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat. Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..

Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan metode kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi adalah guru perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa sesuai prosedur kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah dikte guru.

Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran cenderung monoton yakni ceramah
dan diskusi.
2. Belum tercapainya hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.
3. Proses pembelajaran cenderung bersifat teacher centered atau terpusat pada guru
dan guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1.Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua yaitu hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara (Y) dan penerapan metode kontekstual (X).
2.Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 semester I
SMA Islam Al Hikmah Mayong tahun pelajaran 2009/2010 dalam kompetensi dasar
hakekat negara.
3.Metode kontekstual yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan secara
kelompok berdasarkan prosedur kerja yang telah ditentukan. Guru hanya bertindak
sebagai fasilitator. Siswa melakukan diskusi antar kelompok kemudian menarik
kesimpulan sendiri. Tindakan ini akan dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan terungkap bahwa guru belum memberdayakan seluruh metode pembelajaran yang ada. Hal ini disebabkan karena dalam mengajar mereka yang terpenting adalah materi pelajaran dapat disampaikan secara keseluruhan sesuai dengan alokasi waktunya. Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : apakah melalui penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara ?

E. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

2.Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa kelas X-1 semester I Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi tahun pelajaran 2009/2010.

F.Manfaat Penelitan

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menjawab masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu penulis secara rinci mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk menggunakan metode kontekstual dengan manfaat:

1.Manfaat Teoritis

a.Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

b.Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2.Manfaat Praktis
a.Manfaat bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa kelas X-1 Sekolah Menengah Atas AlHikmah Mayong
b.Manfaat bagi Guru
Melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran sekaligus dalam pembelajaran PKn.
c.Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang penerapan metode kontekstual dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain.

d.Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1.Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
a.Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

(1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

(2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

(3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Hakekat Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda-beda. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan (Slameto, 1998:6)

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000 : 6).

Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1978 : 36) adalah :

Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material, formil, serta fungsionil pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.

Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel, 2001: 36). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Pendapat Winkel di atas dikuatkan Winarno Surachmad (1996: 57) sebagai berikut :

Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.

Pendefinisian tentang pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar, namun semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi Suryabrata (1993:249) tidak memberikan batasan secara langsung tentang belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut belajar.

Pertama : belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).

Kedua : perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Ketiga : bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian belajar yaitu :

1)Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang mengalami belajar.

2)Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.

Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar, merasa butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri menekankan pada autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar