Senin, 01 Mei 2017

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS - PKn

CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS - PKn 

 JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI


BAB I

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah

Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang diinginkan.

Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

Secara tidak disadari, karena rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk), kurangnya pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir semester.

Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan, siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di papan tulis. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal.

Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat. Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..

Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan metode kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi adalah guru perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa sesuai prosedur kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah dikte guru.

Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar