CONTOH PENELITIAN TINDAKAN KELAS - PKn
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah
memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten
untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang
dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang
memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui
berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator
pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional
merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu,
daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau
menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat
Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan
belum menunjukkan hasil yang diinginkan.
Kondisi rendahnya hasil
belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil
belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu
dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali
ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara
menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang
pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00.
Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah.
Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru
tercapai sekitar 40 persen.
Secara tidak disadari, karena
rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli
apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang
bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak
hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan
yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang
dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran
yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk), kurangnya
pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan
ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir
semester.
Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum
mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode
ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan,
siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh
guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara operasional, guru menjelaskan
materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di papan tulis.
Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan soal.
Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan
Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum
ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh
perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang
tepat.
Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat.
Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah
70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan
memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran
yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi
pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..
Berdasarkan
uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan
harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil
belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi
akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara
meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal
peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran
konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan metode
kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang
terjadi adalah guru perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan
kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa sesuai prosedur
kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah
dikte guru.
Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa
rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan
siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya
diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi
hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran
dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu dimaksudkan agar siswa
dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang
secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan
penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep
hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman
konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa
dan akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar