Senin, 15 Mei 2017

BAB 1 PTK Pkn SMP

BAB 1 PTK Pkn SMP

  JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
 

 

 

A.Latar Belakang Masalah

Paradigma baru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diorientasikan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisiten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. PTK PKn Pembelajaran PKn diharapkan menggunakan pendekatan pembelajaran konstekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia yang demokratis, bertanggungjawab, dan setia kepada bangsa dan Negara Indonesia (Depdiknas:2004)

Fenomena yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernagera sebagai akibat proses demokratisasi tumbuh budaya demokrasi yang tidak demokratis. Hal ini ditandai dengan rentannya masyarakat terhadap provokasi, serta sikap massa yang suka main hakim sendiri. Gejala tersebut menunjukkan ketidaksiapan dan ketidakmatangan masyarakat dalam kehidupan berdemokras (Winataputra;1999)

Kondisi tersebut di atas menjadi tantangan yang berat bagi pelaksanaan misi pembelajara kewarganegaraan. Sebab dalam kenyataan sering terjadi bahwa konsep-konsep nilai yang diperoleh siswa dari pembelajaran di sekolah menjadi controversial dengan realita kehidupan dalam masyarakat.

Untuk menyikapi hal tersebut di atas, maka budaya demokrasi di kalangan siswa perlu ditumbuhkembangkan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh adalah menciptakan kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi, menjadi kelas PKn sebagai miniature kehidupan berdemokrasi contoh ptk Pkn.
Dalam rangka mempersiapkan warga Negara yang demokratis, maka perlu menanamkan budaya demokratis kepada peserta didik sejak dini. Disinilah mata pelajaram kewarganegaraan memiliki peran strategis sebagai wahana pembentukan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.

Upaya membekali siswa dengan budaya demokrasi serta sejalan dengan visi pendidikan nasional, yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata social yang kuat dan berwibawa untuk memberidayakan semua warga Negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (UU. Nomor 20 tahun 2003 tentang Sisidiknas). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Pendidikan Kewarganegaraan.

Disisi lain menanamkan budaya demokrasi pada siswa merupakan implemetasi dari tujuan dan fungsi mata pelajaran PKn, yaitu:

1.    Tujuan pembelajaran PKn antara lain mengembangkan aspek-aspek berikut:
a.    Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
b.   Berpartisipasi secara aktf dan bertanggungjawab, serta bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
c.    Berkemmbang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter bangsa agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
d.    Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi PTK Kelas 9 SMP Lengkap

2.    Fungsi pembelajaran PKn yaitu untuk membentuk warga Negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas:2004)
Berangkat dari keperihatinan peneliti bahwa budaya demokrasi siswa SMP dirasa masih kurang, maka perlu ditingkatkan. Indikator yang menggambarkan kondisi tersebut antara lain (a) kurangnya keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan, (b) kurangnya keberanian siswa dalam berpendapat dan berargumentasi (c) siswa kurang menghargai perbedaan (d) siswa kurang respek terhadap teman dan guru (e) siswa kurang menghargai pendapat orang lain (f) siswa sering mengabaikan nasihat guru (g) siswa kurang berpartisipasi dalam pembelajaran dan kegiatan sekolah (h) siswa kurang peduli terhadap program kegiatan sekolah (i) siswa memiliki kecenderungan memiliki sikap apatis.
Melihat identifikasi masalah tersebut di atas, maka perlu diciptakan iklim pembelajaran yang kondusif yang memungkinkan siswa mengembangkan budaya demokrasi dalam kehidupan di sekolah. Untuk itu peneliti mencoba melaksanakan PTK PKn Kelas IX dengan judul “Role Playing Activity Sebagai Strategi Peningkatan Budaya Demokrasi Siswa Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Bagaimanakah penerapan Role Playing Activity Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………
2.    Apakah penerapan role playing activity dapat meningkatan budaya demokrasi siswa dalam pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………

C. Tujuan

Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini antara lain:
1.    Untuk mengetahui penerapan Role Playing Activity Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………
2.    Untuk mengetahui efektifitas penerapan Role Playing Activity Sebagai Strategi Peningkatan Budaya Demokrasi Siswa Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………

D. Manfaat Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas diharapkan akan memberiikan manfaat :
1.    Bagi siswa: akan meningkatnya budaya demokrasi pada diri siswa
2.    Bagi guru:  pelaksanaan PTK ini menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru sehingga akan dapat meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu juga kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas akan meningkat. Contoh PTK PKn SMP
3.    Bagi sekolah: hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang [encapaian visi dan misi sekolah, sekaligus melaksanakan proses demokratisasi dalam kehidupan di sekolah

E. Indikator Kinerja

Indicator kinerja yang dipakai dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya peningkatan hasil pengalaman belajar siswa berupa keterampilan kewarganegaraan dan keterampilan berpartisipasi dalam proses pembelajaran. Hal ini tercermin dalam perubahan perilaku siswa mengenai aspek-aspek budaya demokrasi.
Adapun kritera peningkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas IX termotivasi untuk bertanya dan berargumentasi
2.    Sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas IX bersemangat dalam bekerja kelompok
3.    Sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas IX lebih respek, toleran, serta berpartisipasi dalam proses pembelajaran
4.    Guru PKn merasakan pengalaman baru dalam mengelola pembelajaran yang lebih bermakna, berkualitas dan menyenangkan bagi siswa.

BAB II Kajian Pustaka Penelitian Tindakan Kelas Pkn

 

A.Budaya Organisasi

 Dalam kehidupan berpolitik dikenal ada tiga klasifikasi budaya demokrasi yaitu: budaya demokrasi parokial, budaya demokrasi kaula (subjek), dan budaya demokrasi partisipan (Gabriel A. Almond an Sidney Verba, 1990:20-22). Budaya demokrasi parochial berlangsung dalam masyarakat tradisional, dimana masyarakatnya masih sederhana dengan spesialisasi sangat kecil, para pelaku politik sering melakukan peranan serempak di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Anggota masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik yang luas. Kesadaran menonjol dari anggota masyarakat dalam bidang politik adalah bahwa mereka mengakui adanya pusat kewenangan atau kekuasaan politik dalam masyarakat.

Budaya demokrasi kaula (subjek) anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian, kesadaran terhadap sisetm politik secara keseluruhan, terutama terhadap segi output politik. Orientasi anggota masyarakat yang nyata terhadap objek politik dapat dilihat dari pernyataanya baik berupa kebanggaan, ungkapn sikap mendukung atau bermusuhan terhadap sistem politik. Posisi anggota masyarakat sebagai kaula dapat dikatakan sebagai posisi pasif. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi sistem politik, dan oleh karena itu menyerah saja kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan dalam masyarakat.

Budaya demokrasi partisipan ditandai oleh anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan politik.seseorang dengan sendirinya menyadari setiap hak dan tanggungjawabnya. Seorang dalam budaya partisipan dapat menilai dengan penuh kesadaran sistem politik secara totalitas, input dan output maupun posisi dirinya dalam sistem politik. Dengan demikian setiap anggota masyarakat akan terlibat dalam sistem politik yang berlaku betapapun kecil peran yang dijalankannya. Budaya demokrasi partisipan dalam pemahaman yang demikian tidak lain merupakan wujud budaya demokrasidalam masyarakat. Budaya demokrasi memberii tekanan pada pelaksanaan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat (Depdiknas, 2004:15-16)

Menurut Henry B. Mayo dan Miriam Budiarjo (1986:62-53) pelaksanaan budaya demokrasi dalam masyarakat ditandai dengan penerapan nilai-nilai sebagai berikut: (1) menyelesaikan perselisihan secara damai (2) menjamin terlaksanakannya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang dinamis (3) melaksanakan pergantian pemimpin secara teratur (4) meminimalisir penggunaan cara-cara kekerasan (5) mengakui adanya keanekaragaman (6) menjamin tegaknya keadilan.
Lyman Tower Sargent (1987:29) mengemukakan bahwa unsure-unsur kunci dalam budaya demokrasi adalah: (1) keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan politik (2) persamaan hak diantara warga Negara (3) kebebasan dan kemerdekaan dimiliki warga Negara (4) sistem perwakilan (5) sistem pemilihan dan ketentuan mayoritas.

Sedangkan menurut Winata Putra ( 1999:11-12) cirri-ciri orang yang memiliki budaya demokrasi yaitu : (1) berpikir kritis, arggumentatif dan kreatif (2) mengemukakan pikiran dan ide secara jernih sesuai aturan (3) menerima Kebineka Tunggal Ikaan kehidupan (4) berorganisasi secara sadar dan bertanggungjawab (5) menyikapi mass media secara objektif (6) berani tampil sebagai calon pemimpin (7) memilih calon pemimpin secara jujur dan adil (8) berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat (9) melaksanakan tugas dan fungsinya secara bertanggungjawab (10) mampu bekerjasama dengan penuh tanggungjawab (11) mampu mengambil keputusan secara adil.


B. Rambu-Rambu Pembelajaran PKn

1. Pendekatan Pembelajaran PKn
Pembelajaran dalam pelajaran PKn merupakan proses dan upaya membelajarkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk mengembangkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat diwujudkan antara lain: (1) kooperatif (2) penemuan (3) inkuiri (4) interaktif (5) eksploratif (6) berpikir kritis (7) pemecahan masalah. Metode-metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan memperhatikan ketersediaan sumber belajar. Guru dengan persetujuan kepala sekolah dapat membawa siswa menemui tokoh masyarakat dan pejabat setempat ke sekolah untuk memberiikan informasi yang relevan dengan materi yang sedang dibahas dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2004: 158)
2.    Strategi pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
Pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak dapat belajar lebih bermakna dengan cara mereka sendiri (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic (3) kembangkan sifat rasa ingin tahu melalui bertanya (4) Ciptakan masyarakat belajar dalam kelompok-kelompok (5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (6) lakukan refleksi di akhir pertemuan (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Depdiknas, 2003:10). PTK Pkn Terbaru.
Adapun komponen-komponen pembelajaran menggunakan CTL, yaitu:
a.    Konstruktivisme, bahwa manusia harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberi makna dalam kehidupannya.
b.    Inquiri, pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan mengingat seperangkat fakta akan tetapi hasil dari menemukan sendiri
c.    Questioning, bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan proses inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
d.    Learning community atau belajar kelompok. Dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar.
e.    Modeling (pemodelan) pengetahuan dan ketarampilan siswa dapat diperoleh dari model yang bisa ditiru.
f.    Reflection (refleksi). Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari siswa sebagai proses rivew terhadap apa yang baru saja dipelajari siswa
g.    Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya), merupakan pengumpalan berbagai data yang dapat menggambarkan perkembangan siswa dalam belajar. Dalam authentic assessment penilaian bukan hanya hasil akan tetapi hasil dan prosesnya.
3.    Metode Role Playing dalam pembelajaran PKn
Robert Gilstrap memasukan role playing (bermain peran ) sebagai bagian dari simulasi, karena dalam simulasi terdapat permainan peran yang harus dilaksanakan peserta. Bermain peran merupakan simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan ( Arifin dkk 1980:29). Paradigma baru dalam KTSP disarankan menerapkan metode kooperatif, interaktif, eksploratif, inkuiri, kritis, dan pemecahan masalah (Depdiknas, 2007:124).
Metode role playing merupakan salah satu alternative yang dapat dicobakan untuk mendesain pembelajaran PKn yang berbasis CTL. Metode role playing cukup efektif untuk menerapkan tujuh komponen CTL tersebut. Dengan role playing siswa dihadapkan pada praktek pemecahan masalah terhadap masalah-masalah publik yang sedang actual saat ini. Dengan demikian siswa dilatih berpikir kritis, berani menyampaikan pendapat, berargumentasi, berekspresi, sharing dengan siswa lain, dan menghargai pendapat, tidak memaksakan kehendak, serta berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan. Dengan menerapkan metode role playing diharapkan dapat mengembangkan budaya demokrasi pada siswa.
George Shaftel (1980:30) menyarankan Sembilan tahapan role playing yaitu: (1) tahap persiapan (2) tahap pemilihan peserta (3) mengatur tempat main (4) mempersiapkan pengamat (5) mencobakan permainan (6) diskusi dan evaluasi (7) mengulang permainan (8) pengungkapan pengalaman (9) generalisasi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar