BAB 1 PTK Pkn SMP
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
A.Latar Belakang Masalah
Paradigma
baru Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) diorientasikan untuk
mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen
kuat dan konsisiten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. PTK PKn Pembelajaran PKn diharapkan menggunakan pendekatan
pembelajaran konstekstual untuk mengembangkan dan meningkatkan
kecerdasan, keterampilan, dan karakter warga Negara Indonesia yang
demokratis, bertanggungjawab, dan setia kepada bangsa dan Negara
Indonesia (Depdiknas:2004)
Fenomena
yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernagera
sebagai akibat proses demokratisasi tumbuh budaya demokrasi yang tidak
demokratis. Hal ini ditandai dengan rentannya masyarakat terhadap
provokasi, serta sikap massa yang suka main hakim sendiri. Gejala
tersebut menunjukkan ketidaksiapan dan ketidakmatangan masyarakat dalam
kehidupan berdemokras (Winataputra;1999)
Kondisi
tersebut di atas menjadi tantangan yang berat bagi pelaksanaan misi
pembelajara kewarganegaraan. Sebab dalam kenyataan sering terjadi bahwa
konsep-konsep nilai yang diperoleh siswa dari pembelajaran di sekolah
menjadi controversial dengan realita kehidupan dalam masyarakat.
Untuk
menyikapi hal tersebut di atas, maka budaya demokrasi di kalangan siswa
perlu ditumbuhkembangkan. Salah satu strategi yang dapat ditempuh
adalah menciptakan kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi, menjadi
kelas PKn sebagai miniature kehidupan berdemokrasi contoh ptk Pkn.
Dalam
rangka mempersiapkan warga Negara yang demokratis, maka perlu
menanamkan budaya demokratis kepada peserta didik sejak dini. Disinilah
mata pelajaram kewarganegaraan memiliki peran strategis sebagai wahana
pembentukan karakter warga Negara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Upaya
membekali siswa dengan budaya demokrasi serta sejalan dengan visi
pendidikan nasional, yaitu terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata
social yang kuat dan berwibawa untuk memberidayakan semua warga Negara
Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan
proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (UU. Nomor 20
tahun 2003 tentang Sisidiknas). Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Pendidikan Kewarganegaraan.
Disisi lain menanamkan budaya demokrasi pada siswa merupakan implemetasi dari tujuan dan fungsi mata pelajaran PKn, yaitu:
1. Tujuan pembelajaran PKn antara lain mengembangkan aspek-aspek berikut:
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
b.
Berpartisipasi secara aktf dan bertanggungjawab, serta bertindak secara
cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
c.
Berkemmbang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter bangsa agar dapat hidup bersama dengan
bangsa-bangsa lainnya
d.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi PTK Kelas 9 SMP Lengkap
2.
Fungsi pembelajaran PKn yaitu untuk membentuk warga Negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan Negara Indonesia
dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak
sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945 (Depdiknas:2004)
Berangkat
dari keperihatinan peneliti bahwa budaya demokrasi siswa SMP dirasa
masih kurang, maka perlu ditingkatkan. Indikator yang menggambarkan
kondisi tersebut antara lain (a) kurangnya keberanian siswa dalam
mengajukan pertanyaan, (b) kurangnya keberanian siswa dalam berpendapat
dan berargumentasi (c) siswa kurang menghargai perbedaan (d) siswa
kurang respek terhadap teman dan guru (e) siswa kurang menghargai
pendapat orang lain (f) siswa sering mengabaikan nasihat guru (g) siswa
kurang berpartisipasi dalam pembelajaran dan kegiatan sekolah (h) siswa
kurang peduli terhadap program kegiatan sekolah (i) siswa memiliki
kecenderungan memiliki sikap apatis.
Melihat
identifikasi masalah tersebut di atas, maka perlu diciptakan iklim
pembelajaran yang kondusif yang memungkinkan siswa mengembangkan budaya
demokrasi dalam kehidupan di sekolah. Untuk itu peneliti mencoba
melaksanakan PTK PKn Kelas IX dengan judul “Role Playing Activity Sebagai Strategi Peningkatan Budaya Demokrasi Siswa Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan Role Playing Activity Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………
2.
Apakah penerapan role playing activity dapat meningkatan budaya
demokrasi siswa dalam pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP
Negeri………………………
C. Tujuan
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas ini antara lain:
1. Untuk mengetahui penerapan Role Playing Activity Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas IX SMP Negeri………………………
2.
Untuk mengetahui efektifitas penerapan Role Playing Activity Sebagai
Strategi Peningkatan Budaya Demokrasi Siswa Dalam Pembelajaran PKn Siswa
Kelas IX SMP Negeri………………………
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas diharapkan akan memberiikan manfaat :
1. Bagi siswa: akan meningkatnya budaya demokrasi pada diri siswa
2.
Bagi guru: pelaksanaan PTK ini menumbuhkan budaya meneliti di kalangan
guru sehingga akan dapat meningkatkan profesionalisme guru. Selain itu
juga kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas akan
meningkat. Contoh PTK PKn SMP
3.
Bagi sekolah: hasil penelitian ini diharapkan dapat menunjang
[encapaian visi dan misi sekolah, sekaligus melaksanakan proses
demokratisasi dalam kehidupan di sekolah
E. Indikator Kinerja
Indicator
kinerja yang dipakai dalam penelitian ini adalah ada atau tidaknya
peningkatan hasil pengalaman belajar siswa berupa keterampilan
kewarganegaraan dan keterampilan berpartisipasi dalam proses
pembelajaran. Hal ini tercermin dalam perubahan perilaku siswa mengenai
aspek-aspek budaya demokrasi.
Adapun kritera peningkatan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas IX termotivasi untuk bertanya dan berargumentasi
2. Sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas IX bersemangat dalam bekerja kelompok
3. Sekurang-kurangnya 65 % siswa kelas IX lebih respek, toleran, serta berpartisipasi dalam proses pembelajaran
4.
Guru PKn merasakan pengalaman baru dalam mengelola pembelajaran yang
lebih bermakna, berkualitas dan menyenangkan bagi siswa.
BAB II Kajian Pustaka Penelitian Tindakan Kelas Pkn
A.Budaya Organisasi
Dalam
kehidupan berpolitik dikenal ada tiga klasifikasi budaya demokrasi
yaitu: budaya demokrasi parokial, budaya demokrasi kaula (subjek), dan
budaya demokrasi partisipan (Gabriel A. Almond an Sidney Verba,
1990:20-22). Budaya demokrasi parochial berlangsung dalam masyarakat
tradisional, dimana masyarakatnya masih sederhana dengan spesialisasi
sangat kecil, para pelaku politik sering melakukan peranan serempak di
berbagai bidang seperti bidang ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Anggota
masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik
yang luas. Kesadaran menonjol dari anggota masyarakat dalam bidang
politik adalah bahwa mereka mengakui adanya pusat kewenangan atau
kekuasaan politik dalam masyarakat.
Budaya
demokrasi kaula (subjek) anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian,
kesadaran terhadap sisetm politik secara keseluruhan, terutama terhadap
segi output politik. Orientasi anggota masyarakat yang nyata terhadap
objek politik dapat dilihat dari pernyataanya baik berupa kebanggaan,
ungkapn sikap mendukung atau bermusuhan terhadap sistem politik. Posisi
anggota masyarakat sebagai kaula dapat dikatakan sebagai posisi pasif.
Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi sistem politik, dan
oleh karena itu menyerah saja kepada segala kebijakan dan keputusan
para pemegang jabatan dalam masyarakat.
Budaya
demokrasi partisipan ditandai oleh anggota masyarakat yang aktif dalam
kehidupan politik.seseorang dengan sendirinya menyadari setiap hak dan
tanggungjawabnya. Seorang dalam budaya partisipan dapat menilai dengan
penuh kesadaran sistem politik secara totalitas, input dan output maupun
posisi dirinya dalam sistem politik. Dengan demikian setiap anggota
masyarakat akan terlibat dalam sistem politik yang berlaku betapapun
kecil peran yang dijalankannya. Budaya demokrasi partisipan dalam
pemahaman yang demikian tidak lain merupakan wujud budaya demokrasidalam
masyarakat. Budaya demokrasi memberii tekanan pada pelaksanaan
pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat (Depdiknas, 2004:15-16)
Menurut
Henry B. Mayo dan Miriam Budiarjo (1986:62-53) pelaksanaan budaya
demokrasi dalam masyarakat ditandai dengan penerapan nilai-nilai sebagai
berikut: (1) menyelesaikan perselisihan secara damai (2) menjamin
terlaksanakannya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang
sedang dinamis (3) melaksanakan pergantian pemimpin secara teratur (4)
meminimalisir penggunaan cara-cara kekerasan (5) mengakui adanya
keanekaragaman (6) menjamin tegaknya keadilan.
Lyman
Tower Sargent (1987:29) mengemukakan bahwa unsure-unsur kunci dalam
budaya demokrasi adalah: (1) keterlibatan rakyat dalam pengambilan
keputusan politik (2) persamaan hak diantara warga Negara (3) kebebasan
dan kemerdekaan dimiliki warga Negara (4) sistem perwakilan (5) sistem
pemilihan dan ketentuan mayoritas.
Sedangkan
menurut Winata Putra ( 1999:11-12) cirri-ciri orang yang memiliki
budaya demokrasi yaitu : (1) berpikir kritis, arggumentatif dan kreatif
(2) mengemukakan pikiran dan ide secara jernih sesuai aturan (3)
menerima Kebineka Tunggal Ikaan kehidupan (4) berorganisasi secara sadar
dan bertanggungjawab (5) menyikapi mass media secara objektif (6)
berani tampil sebagai calon pemimpin (7) memilih calon pemimpin secara
jujur dan adil (8) berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat (9)
melaksanakan tugas dan fungsinya secara bertanggungjawab (10) mampu
bekerjasama dengan penuh tanggungjawab (11) mampu mengambil keputusan
secara adil.
B. Rambu-Rambu Pembelajaran PKn
1. Pendekatan Pembelajaran PKn
Pembelajaran
dalam pelajaran PKn merupakan proses dan upaya membelajarkan dengan
menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk mengembangkan
kecerdasan, keterampilan, dan karakter. Pendekatan pembelajaran
kontekstual dapat diwujudkan antara lain: (1) kooperatif (2) penemuan
(3) inkuiri (4) interaktif (5) eksploratif (6) berpikir kritis (7)
pemecahan masalah. Metode-metode pembelajaran tersebut dapat
dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan
memperhatikan ketersediaan sumber belajar. Guru dengan persetujuan
kepala sekolah dapat membawa siswa menemui tokoh masyarakat dan pejabat
setempat ke sekolah untuk memberiikan informasi yang relevan dengan
materi yang sedang dibahas dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2004:
158)
2. Strategi pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
Pembelajaran
PKn dengan pendekatan CTL dapat dilakukan melalui langkah-langkah
sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak dapat belajar lebih
bermakna dengan cara mereka sendiri (2) laksanakan sejauh mungkin
kegiatan inkuiri untuk semua topic (3) kembangkan sifat rasa ingin tahu
melalui bertanya (4) Ciptakan masyarakat belajar dalam kelompok-kelompok
(5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (6) lakukan refleksi di
akhir pertemuan (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai
cara (Depdiknas, 2003:10). PTK Pkn Terbaru.
Adapun komponen-komponen pembelajaran menggunakan CTL, yaitu:
a. Konstruktivisme, bahwa manusia harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberi makna dalam kehidupannya.
b.
Inquiri, pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan mengingat
seperangkat fakta akan tetapi hasil dari menemukan sendiri
c.
Questioning, bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan
guru untuk mendorong,membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa bertanya merupakan proses inkuiri yaitu menggali informasi,
mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian
pada aspek yang belum diketahui.
d.
Learning community atau belajar kelompok. Dalam kelas CTL guru
disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar.
e. Modeling (pemodelan) pengetahuan dan ketarampilan siswa dapat diperoleh dari model yang bisa ditiru.
f.
Reflection (refleksi). Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa
yang baru dipelajari siswa sebagai proses rivew terhadap apa yang baru
saja dipelajari siswa
g.
Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya), merupakan pengumpalan
berbagai data yang dapat menggambarkan perkembangan siswa dalam belajar.
Dalam authentic assessment penilaian bukan hanya hasil akan tetapi
hasil dan prosesnya.
3. Metode Role Playing dalam pembelajaran PKn
Robert
Gilstrap memasukan role playing (bermain peran ) sebagai bagian dari
simulasi, karena dalam simulasi terdapat permainan peran yang harus
dilaksanakan peserta. Bermain peran merupakan simulasi tingkah laku dari
orang yang diperankan ( Arifin dkk 1980:29). Paradigma baru dalam KTSP
disarankan menerapkan metode kooperatif, interaktif, eksploratif,
inkuiri, kritis, dan pemecahan masalah (Depdiknas, 2007:124).
Metode
role playing merupakan salah satu alternative yang dapat dicobakan
untuk mendesain pembelajaran PKn yang berbasis CTL. Metode role playing
cukup efektif untuk menerapkan tujuh komponen CTL tersebut. Dengan role
playing siswa dihadapkan pada praktek pemecahan masalah terhadap
masalah-masalah publik yang sedang actual saat ini. Dengan demikian
siswa dilatih berpikir kritis, berani menyampaikan pendapat,
berargumentasi, berekspresi, sharing dengan siswa lain, dan menghargai
pendapat, tidak memaksakan kehendak, serta berpartisipasi secara aktif
dalam kegiatan. Dengan menerapkan metode role playing diharapkan dapat
mengembangkan budaya demokrasi pada siswa.
George
Shaftel (1980:30) menyarankan Sembilan tahapan role playing yaitu: (1)
tahap persiapan (2) tahap pemilihan peserta (3) mengatur tempat main (4)
mempersiapkan pengamat (5) mencobakan permainan (6) diskusi dan
evaluasi (7) mengulang permainan (8) pengungkapan pengalaman (9)
generalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar