Jumat, 19 Mei 2017

Contoh Kumpulan PTK PKn

Contoh Kumpulan PTK PKn 

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK


HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
 

BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn ) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa meninggalkan  jati  diri  bangsa. Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif. PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Pada kenyataannya,  PKn dianggap ilmu yang sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkab anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasi Onal Konkret ( Peaget : 1920 ). Apa yang dianggap logis, jelas dan dapat dipelajari bagi orang dewasa, kadang – kadang merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami konsep PKn.
Berdasarkan temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Apabila anak menghadapi masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali diadakan tes,  nilai pelajaran PKn selalu rendah dengan rata – rata kurang dari KKM.
Seperti yang dialami penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata – rata anak di bawah 75. Termasuk  pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Nilai rata – rata formatif  hanya 68.  Dari 23 siswa hanya 12 siswa 52 %  yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 10 siswa yang lain 43 %  mendapat nilai dibawah 75.
Menghadapi kenyataan tersebut di atas,  penulis tertarik untuk mendalami dan melakukan tindakan – tindakan perbaikan pembelajaran PKn, khususnya materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ) melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang  penulis lakukan mengenai penerapan metode bermain peran pada materi pengambilan keputusan bersama. Harapan penulis adalah terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran.
Hipotesis yang penulis lakukan adalah dalam bentuk laporan hasil yaitu berjudul “ Meningkatkan hasil belajar Pengambilan keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran cooperative  learning siswa kelas V SD Negeri Sumbermulyo 01Kecamatan Winong Kabupaten Pati“.
1.        Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran, sebagai berikut.
a.         Siswa kurang memahami konsep pengambilan keputusan bersama.
b.         Siswa kurang aktif dalam berdiskusi
c.         Siswa kurang terampil dalam berkomunikasi dengan teman sebaya.
d.        Hasil belajar siswa rendah
2.        Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti berusaha mencari faktor penyebab masalah dengan melakukan refleksi, bertanya kepada siswa dan melakukan diskusi dengan teman sejawat. Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan bersama seperti berikut.
a.         Guru tidak menggunakan alat peraga.
b.        Bahwa semua siswa yang terlibat dalam pembelajaran saat melakukan diskusi hanya beberapa siswa yang aktif, sedangkan yang lain hanya mendengarkan.
c.         Kurangnya contoh dan latihan.
d.        Kurangnya bimbingan guru secara menyeluruh.
3.        Alternatif dan Pemecahan Masalah
Dari analisis masalah di atas, peneliti menemukan alternatif dan prioritas pemecahan masalah sebagai berikut.
a.         Guru perlu menerapkan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.        Guru perlu memberikan contoh nyata melalui Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan kelompok.
c.         Guru perlu memberikan latihan dan bimbingan secara menyeluruh pada pembelajaran PKn tentang pengambilan keputusan bersama.
B.       Rumusan Masalah
Setelah menemukan faktor penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan bersama pada pelajaran PKn, peneliti berusaha merumuskan permasalahan. Rumusan masalah tersebut seperti berikut.
1.        Bagaimanakah keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia?
2.        “ Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas V SD Negeri Sumbermulyo 01?”
C.      Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : Meningkatkan penguasaan konsep hubungan pengambilan keputusan bersama dengan menggunakan alat peraga berupa gambar dan benda – benda di sekitar.
1.        Mencari informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2.        Mendiskripsikan penerapan metode bermain peran dengan model cooperative Leraning  untuk meningkatkan hasil belajar pengambilan keputusan bersama siswa kelas V SD Negeri Sumbermulyo 01.
D.      Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.        Bagi Peneliti:
a.    Memperbaiki pembelajaran yang sudah dikelolanya.
b.    Memupuk rasa percaya diri karena telah berhasil melakukan analisis terhadap hasil kinerjanya sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran yang sudah dilaksanakan, kemudian mengembangkan alternative untuk mengatasi kelemahannya.
c.    Dapat berkembang secara profesional.
2.        Bagi siswa
a.    Dapat memperbaiki hasil belajar.
b.    Meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran.
3.        Bagi sekolah
a.    Dapat digunakan untuk mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik.
b.    Memberikan sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.        Bagi peneliti
a.    Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan kajian untuk dapat memberikan kritik atau saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.      Pembelajaran PKn di SD
PKn merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi PKn sebagai pembangun karakter bangsa ( nasional character building ) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.
Mata pelajaran PKn perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas pokok sebagai berikut :
1.        Mengembangkan Kecerdasan Warga Negara ( civic intelligence ).
2.        Membina tanggungjawab warga Negara ( civic intelligence ).
3.        Mendorong partisipasi warga Negara ( civic intelligence).
Kecerdasan warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga Negara yang baik bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan social sehingga PKn memiliki ciri multidimensional. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengolah dan memanfaatkan informasi serta peka terhadap keadaan yang selalu berubah / tidak pasti.
Menurut hasil penelitian Cogan ( 1998 ), ada delapan karakter yang dapat dibentuk melalui belajar PKn yaitu sebagai berikut :
1.        Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat di sekitar.
2.        Kemampuan bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggungjawab atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat.
3.        Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan – perbedaan pendapat.
4.        Kemampuan berfikir kritis dan sistematis.
5.        Kemampuan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan.
6.        Memiliki kemampuan untuk bergaya hidup sederhana.
7.        Memiliki  kepekaan terhadap lingkungan dan mempertahankan hak – haknya dalam masyarakat.
8.        Memiliki kemauan dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi  pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap – sikap tertentu mengenai hal – hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari – hari.
B.       Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar ( Anni, 2004 : 4 )
Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya ( Hamzah : 2007 : 213 ).
Berdasarkan pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek – aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperolah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran PKn pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan diperlukan aktivitas siswa yaitu dengan melakukan aktivitas langsung dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Melalui aktivitas tersebut pembelajar akan lebih mengena pada siswa. Selain itu siswa juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan benar.
Dalam penelitian ini hasil belajar pada pelajaran PKn materi Negara Kesatua Republik Indonesia yang diukur melalui tes formatif dengan KKM 75. Bagi siswa yang nilainya kurang dari 75 diberi soal perbaikan dan bagi siswa yang nilainya 75 ke atas diberi soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.
C.      Pengertian Model Mengajar
Menurut Joyce dan Weil 1971 model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar.
Model mengajar merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan – bahan pengajaran, dan bimbingan pengajaran di kelas atau yang lain.
D.      Macam – macam Model Mengajar
Secara khusus Joyce dan Weil ( 1972 ) telah mengklasifikasikan empat model mengajar seperti berikut.
1.        Kelompok Model – model pengolahan informasi, terdiri dari :
·       Model Pencapaian Konsep
·       Model Berfikir Induktif ( Inductive Thinking )
·       Pemandu Awal ( Advance Organizer )
·       Latihan Penelitian ( Inquiry Training )
·       Model Memorisasi
·       Penelitian Ilmiah ( Scientivic Inquiry )
·       Pengembangan Intelek ( Developing Intellect )
2.        Kelompok Model – model Interaksi Sosial atau “ social models “, terdiri dari:
·      Bermain Peran ( Role Playing )
·      Penelitian Yurisprudensial
·      Investigasi Kelompok
·      Latihan Laboratorium
·      Model Inquiry Studi Social
3.        Kelompok model – model personal atau “ personal models “, terdiri dari :
·      Pengajaran Tanpa Arahan ( Non Directive Teaching )
·      Model Sintetiks ( Sinectics )
·      Pelatihan Kesadaran ( awareness training )
·      Model Pertemuan Kelas ( Classroom meeting )
4.        Kelompok  model – model perilaku atau “ Behavioural system “, terdiri dari :
·      Kontrol Diri
Melalui beberapa metode operan mengatur lingkungan kita sendiri
·      Latihan Asertif
Pengungkapan perasaan secara jujur dan langsung.
·      Belajar tuntas ( Mastery Learning )
E.       Metode Bermain Peran
1.        Pengertian Bermain Peran
Metode bermain peran adalah berperan atau mamainkan peranan dalam dramatisir masalah social atau psikologis.
Bermain peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain ( Depdikbud, 1964 : 171 ).
Melalui metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi, dengan bantuan kelompok social yang anggotanya teman – temannya sendiri. Dengan kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial.
Melalui bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah – masalah hubungan antara manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.
Proses belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri terhadap nilai berkembang : ( Hasan, 1996 : 266 ).
2.        Tujuan Penggunaan Bermain Peran
Tujuan dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut :
a.    Untuk motivasi siswa.
b.    Untuk menarik minat dan perhatian siswa.
c.    Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami emosi, perbedaan pendapat, dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan social anak.
d.   Menarik siswa untuk bertanya.
e.    Mengembangkan kemampuan komunikasi siswa.
f.     Melatih siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.
F.       Penggunaan Model Bermain peran dalam mata pelajaran PKn
Menurut  Sumantri ( 2001 ) bermain peran merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari pendidikan. Model ini mencoba membantu indivisu untuk menemukan makna pribadi dalan dunia sosial dan memecahkan dilema – dilema dengan bantuan kelompok sosial. Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara – cara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut.
Dalam model mengajar bermain peran, sebagian siswa adalah pemain peran yang lainnya mengamati. Seseorang meletakkan dirinya pada posisi orang lain yang juga bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan baik / berhasil.
Hal penting dalam model mengajar bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk mengatasi suatu masalah bersama. Pemahaman siswa dalam model belajar bermain peran dapat memberikan contoh pada siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk berperilaku sebagai berikut :
1.        Menjajagi perasaan.
2.        Menambah pengetahuan tentang sikap, nilai – nilai dan persepsinya.
3.        Mengembangkan keterampilan dan sikapnya dalam memecahkan masalah.
4.        Mengkaji pelajaran dengan berbagai cara.
G.      Langkah – Langkah Penerapan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn.
Shaffel dalam bukunya “ Role Playing For Social Studies “ menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam role playing yaitu sebagai berikut.
1.        Membangkitkan semangat kelompok, memperkenalkan siswa dengan masalah sehingga mereka mengenalnya sebagai suatu bidang yangt harus dipelajari.
2.        Pemilihan peserta, guru dan siswa menggambarkan berbagai karakter / bagaimana rupanya, bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan. Guru dapat menentukan berbagai criteria dalam memilih siswa untuk peran tertentu.
3.        Menentukan arena panggung, para pemain peran membuat garis besar scenario, tetapi tidak mempersiapkan dialog khusus.
4.        Mempersiapkan pengamat, adalah sangat penting untuk melibatkan pangamat secara aktif sehingga seluruh anggota kelompok mengalami kegiatan itu dan kemudian dapat menganalisisnya. Cara guru melibatkan siswa pengamatan ilmiah dengan menugaskan mereka untuk mengevaluasi, mengomentari efektifitasnya serta urutan – urutan perilaku pemain dan mendefinisikan perasaan – perasaan serta cara – cara berfikir individu yang sedang diamati.
5.        Pelaksanaan kegiatan; para pemeran mengasumsi perannya dan menghayati situasi secara sepontan dan saling merespon secara realistik.
6.        Berdiskusi dan mengevaluasi; apakah masalahnya penting dan apakah peserta dan pengamat terlibat secara intelektual dan emosional.
7.        Melakukan lagi permainan peran; siswa dan guru berbagi interpretasi baru tentang peran dan menentukan apakah harus dilakukan oleh individu – individu baru atau tetap oleh orang terdahulu. Dengan demikian permainan peran menjadi kegiatan konseptual yang dramatis.
8.        Dilakukan lagi evaluasi dan diskusi; siswa mungkin mau menerima solusi, tetapi guru mendorong solusi yang realistik.
9.        Berbagi pengalaman dan melakukan generalisasi. Tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan generalisasi dengan segera tentang aspek hubungan kemanusiaan tentang situasi tertentu. Guru harus mencoba untuk membentuk diskusi, setelah mengalami setrategi bermain peran yang cukup lama, untuk dapat menggeneralisasi mengenai pendekatan terhadap situasi masalah serta akibat dari pendekatan itu. Semakin memadai pembentukan diskusi ini, kesimpulan yang dicapai akan semakin mendekati generalisasi.
 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar