Contoh Kumpulan PTK PKn
JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK
HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306
Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
Kewarganegaraan ( PKn ) diberikan sejak SD sampai SLTA. Dengan PKn seseorang
akan memiliki kemampuan untuk mengenal dan memahami karakter dan budaya bangsa
serta menjadikan warga negara yang siap bersaing di dunia internasional tanpa
meninggalkan jati diri bangsa.
Melalui PKn setiap warga negara dapat mawas diri dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi dewasa ini yang memberi dampak positif dan negatif.
PKn juga bermanfaat untuk membekali peserta didik agar memiliki kemampuan untuk
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Pada
kenyataannya, PKn dianggap ilmu yang
sukar dan sulit dipahami. PKn adalah pelajaran formal yang berupa sejarah masa
lampau, perkembangan sosial budaya, perkembangan teknologi, tata cara hidup
bersosial, serta peraturan kenegaraan. Begitu luasnya materi PKn menyebabkab
anak sulit untuk diajak berfikir kritis dan kreatif dalam menyikapi masalah
yang berbeda. Sementara anak usia sekolah dasar tahap berfikir mereka masih
belum formal, karena mereka baru berada pada tahap Operasi Onal Konkret ( Peaget
: 1920 ). Apa yang dianggap logis, jelas dan dapat dipelajari bagi orang
dewasa, kadang – kadang merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan
bagi siswa. Akibatnya banyak siswa yang tidak memahami konsep PKn.
Berdasarkan
temuan penulis, sebagian besar siswa kurang aktif dan berfikir kritis dalam
materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Apabila anak menghadapi
masalah kontekstual baru yang berbeda dengan yang dicontohkan, anak belum mampu
berfikir kritis dan menemukan solusi dengan benar sehingga banyak anak yang
menjawab salah, dan dengan alasan soalnya sulit. Karena itu wajar setiap kali
diadakan tes, nilai pelajaran PKn selalu
rendah dengan rata – rata kurang dari KKM.
Seperti
yang dialami penulis sendiri, setiap ulangan PKn nilai rata – rata anak di
bawah 75. Termasuk pada materi Negara
Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI ). Nilai rata – rata formatif hanya 68. Dari 23 siswa hanya 12 siswa 52 % yang memperoleh nilai 75 ke atas. Sedangkan 10
siswa yang lain 43 % mendapat nilai
dibawah 75.
Menghadapi
kenyataan tersebut di atas, penulis
tertarik untuk mendalami dan melakukan tindakan – tindakan perbaikan
pembelajaran PKn, khususnya materi Negara Kesatuan Republik Indonesia ( NKRI )
melalui penelitian tindakan kelas. Perbaikan yang penulis lakukan mengenai penerapan metode
bermain peran pada materi pengambilan keputusan bersama. Harapan penulis adalah
terjadinya pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan serta lebih bermakna
dan adanya keberanian peserta didik yang tuntas untuk menyelesaikan masalah
kontektual dengan benar serta untuk lebih menguasai pelajaran.
Hipotesis
yang penulis lakukan adalah dalam bentuk laporan hasil yaitu berjudul “ Meningkatkan hasil belajar Pengambilan
keputusan bersama melalui metode bermain peran dengan model pembelajaran
cooperative learning siswa kelas V SD
Negeri Sumbermulyo 01Kecamatan Winong Kabupaten Pati“.
1.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas,
terdapat beberapa masalah dalam pembelajaran, sebagai berikut.
a.
Siswa kurang
memahami konsep pengambilan keputusan bersama.
b.
Siswa kurang
aktif dalam berdiskusi
c.
Siswa kurang
terampil dalam berkomunikasi dengan teman sebaya.
d.
Hasil belajar
siswa rendah
2.
Analisis
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, peneliti berusaha mencari faktor penyebab masalah
dengan melakukan refleksi, bertanya kepada siswa dan melakukan diskusi dengan
teman sejawat. Dari hasil diskusi dapat disimpulkan bahwa penyebab siswa belum
memahami materi pengambilan keputusan bersama seperti berikut.
a.
Guru tidak
menggunakan alat peraga.
b.
Bahwa semua
siswa yang terlibat dalam pembelajaran saat melakukan diskusi hanya beberapa
siswa yang aktif, sedangkan yang lain hanya mendengarkan.
c.
Kurangnya contoh
dan latihan.
d.
Kurangnya
bimbingan guru secara menyeluruh.
3.
Alternatif
dan Pemecahan Masalah
Dari
analisis masalah di atas, peneliti menemukan alternatif dan prioritas pemecahan
masalah sebagai berikut.
a.
Guru perlu
menerapkan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan keaktifan siswa
dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.
Guru perlu
memberikan contoh nyata melalui Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
kelompok.
c.
Guru perlu
memberikan latihan dan bimbingan secara menyeluruh pada pembelajaran PKn
tentang pengambilan keputusan bersama.
B.
Rumusan
Masalah
Setelah
menemukan faktor penyebab siswa belum memahami materi pengambilan keputusan
bersama pada pelajaran PKn, peneliti berusaha merumuskan permasalahan. Rumusan
masalah tersebut seperti berikut.
1.
Bagaimanakah
keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia?
2.
“ Bagaimanakah
penerapan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar
PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas V SD Negeri Sumbermulyo
01?”
C.
Tujuan
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan
penelitian yang ingin dicapai adalah sebagai berikut : Meningkatkan penguasaan
konsep hubungan pengambilan keputusan bersama dengan menggunakan alat peraga
berupa gambar dan benda – benda di sekitar.
1.
Mencari
informasi keaktifan siswa dalam pembelajaran PKn tentang Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
2.
Mendiskripsikan
penerapan metode bermain peran dengan model cooperative
Leraning untuk meningkatkan hasil
belajar pengambilan keputusan bersama siswa kelas V SD Negeri Sumbermulyo 01.
D.
Manfaat
Penelitian Perbaikan Pembelajaran
1.
Bagi Peneliti:
a. Memperbaiki
pembelajaran yang sudah dikelolanya.
b. Memupuk
rasa percaya diri karena telah berhasil melakukan analisis terhadap hasil
kinerjanya sehingga dapat menemukan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran
yang sudah dilaksanakan, kemudian mengembangkan alternative untuk mengatasi
kelemahannya.
c. Dapat
berkembang secara profesional.
2.
Bagi siswa
a. Dapat
memperbaiki hasil belajar.
b. Meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami pelajaran.
3.
Bagi sekolah
a. Dapat
digunakan untuk mengembangkan sekolah kearah yang lebih baik.
b. Memberikan
sumbangan yang positif terhadap kemajuan sekolah.
4.
Bagi peneliti
a. Dapat
dijadikan sebagai bahan rujukan dan kajian untuk dapat memberikan kritik atau
saran terhadap penelitian yang sudah dilakukan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran
PKn di SD
PKn
merupakan mata pelajaran di sekolah yang perlu menyesuaikan diri sejalan dengan
kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang sedang berubah. Hal ini merupakan fungsi
PKn sebagai pembangun karakter bangsa ( nasional
character building ) yang sejak proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat
prioritas, yang perlu direvitalisasi agar sesuai dengan arah dan pesan
konstitusi Negara RI. Untuk itu pembentukan karakter anak yang kuat perlu
penguasaan Pembelajaran Kewarganegaraan sejak dini.
Mata pelajaran PKn perlu diberikan
kepada semua peserta didik mulai dari Sekolah Dasar karena PKn memiliki tugas
pokok sebagai berikut :
1.
Mengembangkan
Kecerdasan Warga Negara ( civic
intelligence ).
2.
Membina
tanggungjawab warga Negara ( civic
intelligence ).
3.
Mendorong
partisipasi warga Negara ( civic
intelligence).
Kecerdasan
warga Negara yang dikembangkan untuk membentuk warga Negara yang baik bukan
hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dimensi spiritual, emosional, dan
social sehingga PKn memiliki ciri multidimensional. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan untuk mengolah dan
memanfaatkan informasi serta peka terhadap keadaan yang selalu berubah / tidak
pasti.
Menurut
hasil penelitian Cogan ( 1998 ), ada delapan karakter yang dapat dibentuk
melalui belajar PKn yaitu sebagai berikut :
1.
Kemampuan
mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat di sekitar.
2.
Kemampuan
bekerjasama dengan orang lain dan memikul tanggungjawab atas peran atau
kewajibannya dalam masyarakat.
3.
Kemampuan untuk
memahami, menerima, dan menghormati perbedaan – perbedaan pendapat.
4.
Kemampuan
berfikir kritis dan sistematis.
5.
Kemampuan
menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan.
6.
Memiliki
kemampuan untuk bergaya hidup sederhana.
7.
Memiliki kepekaan terhadap lingkungan dan
mempertahankan hak – haknya dalam masyarakat.
8.
Memiliki kemauan
dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Dengan
demikian fungsi pembelajaran PKn tidak hanya sekadar memberi pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan
saja, tetapi juga dimaksudkan untuk mengembangkan sikap – sikap tertentu
mengenai hal – hal yang timbul disekitar dalam kehidupan sehari – hari.
B.
Pengertian
Hasil Belajar
Hasil
belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah
mengalami aktivitas belajar ( Anni, 2004 : 4 )
Hasil
belajar adalah perubahan perilaku yang relative menetap dalam diri seseorang
sebagai akibat dari interaksi seseorang dengan lingkungannya ( Hamzah : 2007 :
213 ).
Berdasarkan
pengertian hasil belajar di atas peneliti menyimpulkan bahwa aspek – aspek
perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh
pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari tentang konsep, maka
perubahan perilaku yang diperolah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran
PKn pada materi Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mencapai hasil belajar
yang memuaskan diperlukan aktivitas siswa yaitu dengan melakukan aktivitas
langsung dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia . Melalui
aktivitas tersebut pembelajar akan lebih mengena pada siswa. Selain itu siswa
juga perlu berinteraksi dengan siswa yang lain untuk membuat simpulan dengan
benar.
Dalam
penelitian ini hasil belajar pada pelajaran PKn materi Negara Kesatua Republik
Indonesia yang diukur melalui tes formatif dengan KKM 75. Bagi siswa yang
nilainya kurang dari 75 diberi soal perbaikan dan bagi siswa yang nilainya 75
ke atas diberi soal pengayaan dalam bentuk pekerjaan rumah.
C.
Pengertian
Model Mengajar
Menurut
Joyce dan Weil 1971 model mengajar adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para
perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan
aktivitas belajar mengajar.
Model
mengajar merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk
kurikulum, merancang bahan – bahan pengajaran, dan bimbingan pengajaran di kelas
atau yang lain.
D. Macam – macam
Model Mengajar
Secara
khusus Joyce dan Weil ( 1972 ) telah mengklasifikasikan empat model mengajar
seperti berikut.
1.
Kelompok Model –
model pengolahan informasi, terdiri dari :
· Model
Pencapaian Konsep
· Model
Berfikir Induktif ( Inductive Thinking )
· Pemandu
Awal ( Advance Organizer )
· Latihan
Penelitian ( Inquiry Training )
· Model
Memorisasi
· Penelitian
Ilmiah ( Scientivic Inquiry )
· Pengembangan
Intelek ( Developing Intellect )
2.
Kelompok Model –
model Interaksi Sosial atau “ social
models “, terdiri dari:
· Bermain
Peran ( Role Playing )
· Penelitian
Yurisprudensial
· Investigasi
Kelompok
· Latihan
Laboratorium
· Model
Inquiry Studi Social
3.
Kelompok model –
model personal atau “ personal models
“, terdiri dari :
· Pengajaran
Tanpa Arahan ( Non Directive Teaching
)
· Model
Sintetiks ( Sinectics )
· Pelatihan
Kesadaran ( awareness training )
· Model
Pertemuan Kelas ( Classroom meeting )
4.
Kelompok model – model perilaku atau “ Behavioural system “, terdiri dari :
· Kontrol
Diri
Melalui
beberapa metode operan mengatur lingkungan kita sendiri
· Latihan
Asertif
Pengungkapan
perasaan secara jujur dan langsung.
· Belajar
tuntas ( Mastery Learning )
E.
Metode
Bermain Peran
1.
Pengertian
Bermain Peran
Metode bermain peran adalah berperan atau mamainkan
peranan dalam dramatisir masalah social atau psikologis.
Bermain
peran adalah salah satu bentuk permainan pendidikan yang di gunakan untuk
menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku, dan nilai, dengan tujuan untuk
menghayati perasaan, sudut pandang dan cara berfikir orang lain ( Depdikbud,
1964 : 171 ).
Melalui
metode bermain peran siswa diajak untuk belajar memecahkan masalah pribadi,
dengan bantuan kelompok social yang anggotanya teman – temannya sendiri. Dengan
kata lain metode ini berupaya membantu individu melalui proses kelompok sosial.
Melalui
bermain peran, para siswa mencoba mengeksploitasi masalah – masalah hubungan
antara manusia dengan cara memperagakannya. Hasilnya didiskusikan dalam kelas.
Proses
belajar dengan menggunakan metode bermain peran diharapkan siswa mampu
menghayati tokoh yang dikehendaki, keberhasilan siswa dalam menghayati peran
itu akan menentukan apakah proses pemahaman, penghargaan dan identifikasi diri
terhadap nilai berkembang : ( Hasan, 1996 : 266 ).
2.
Tujuan
Penggunaan Bermain Peran
Tujuan
dari penggunaan metode bermain peran adalah sebagai berikut :
a. Untuk
motivasi siswa.
b. Untuk
menarik minat dan perhatian siswa.
c. Memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengeksplorasi situasi dimana mereka mengalami
emosi, perbedaan pendapat, dan permasalahan dalam lingkungan kehidupan social
anak.
d. Menarik
siswa untuk bertanya.
e. Mengembangkan
kemampuan komunikasi siswa.
f. Melatih
siswa untuk berperan aktif dalam kehidupan nyata.
F.
Penggunaan
Model Bermain peran dalam mata pelajaran PKn
Menurut
Sumantri ( 2001 ) bermain peran
merupakan model mengajar yang berakar pada dimensi personal dan sosial dari
pendidikan. Model ini mencoba membantu indivisu untuk menemukan makna pribadi
dalan dunia sosial dan memecahkan dilema – dilema dengan bantuan kelompok sosial.
Dalam hal ini memungkinkan individu untuk bekerjasama untuk menganalisis
situasi sosial terutama permasalahan interpersonal dalam mengembangkan cara –
cara yang demokratis untuk menghadapi situasi tersebut.
Dalam
model mengajar bermain peran, sebagian siswa adalah pemain peran yang lainnya
mengamati. Seseorang meletakkan dirinya pada posisi orang lain yang juga
bermain peran. Bila empati, simpati, kemarahan, dan kasih sayang serta apeksi
dilakukan dalam berinteraksi, berarti bermain peran dapat dilaksanakan dengan
baik / berhasil.
Hal
penting dalam model mengajar bermain peran adalah keterlibatan siswa untuk
berpartisipasi dalam situasi atau masalah nyata serta adanya keinginan untuk
mengatasi suatu masalah bersama. Pemahaman siswa dalam model belajar bermain
peran dapat memberikan contoh pada siswa dalam kehidupan sehari – hari untuk
berperilaku sebagai berikut :
1.
Menjajagi
perasaan.
2.
Menambah
pengetahuan tentang sikap, nilai – nilai dan persepsinya.
3.
Mengembangkan
keterampilan dan sikapnya dalam memecahkan masalah.
4.
Mengkaji
pelajaran dengan berbagai cara.
G.
Langkah
– Langkah Penerapan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn.
Shaffel dalam bukunya “ Role Playing For Social
Studies “ menyatakan bahwa ada sembilan langkah dalam role playing yaitu
sebagai berikut.
1.
Membangkitkan
semangat kelompok, memperkenalkan siswa dengan masalah sehingga mereka
mengenalnya sebagai suatu bidang yangt harus dipelajari.
2.
Pemilihan
peserta, guru dan siswa menggambarkan berbagai karakter / bagaimana rupanya,
bagaimana rasanya, dan apa yang mungkin mereka kemukakan. Guru dapat menentukan
berbagai criteria dalam memilih siswa untuk peran tertentu.
3.
Menentukan arena
panggung, para pemain peran membuat garis besar scenario, tetapi tidak
mempersiapkan dialog khusus.
4.
Mempersiapkan
pengamat, adalah sangat penting untuk melibatkan pangamat secara aktif sehingga
seluruh anggota kelompok mengalami kegiatan itu dan kemudian dapat
menganalisisnya. Cara guru melibatkan siswa pengamatan ilmiah dengan menugaskan
mereka untuk mengevaluasi, mengomentari efektifitasnya serta urutan – urutan
perilaku pemain dan mendefinisikan perasaan – perasaan serta cara – cara
berfikir individu yang sedang diamati.
5.
Pelaksanaan
kegiatan; para pemeran mengasumsi perannya dan menghayati situasi secara
sepontan dan saling merespon secara realistik.
6.
Berdiskusi dan
mengevaluasi; apakah masalahnya penting dan apakah peserta dan pengamat
terlibat secara intelektual dan emosional.
7.
Melakukan lagi
permainan peran; siswa dan guru berbagi interpretasi baru tentang peran dan
menentukan apakah harus dilakukan oleh individu – individu baru atau tetap oleh
orang terdahulu. Dengan demikian permainan peran menjadi kegiatan konseptual
yang dramatis.
8.
Dilakukan lagi
evaluasi dan diskusi; siswa mungkin mau menerima solusi, tetapi guru mendorong
solusi yang realistik.
9.
Berbagi
pengalaman dan melakukan generalisasi. Tidak dapat diharapkan untuk
menghasilkan generalisasi dengan segera tentang aspek hubungan kemanusiaan
tentang situasi tertentu. Guru harus mencoba untuk membentuk diskusi, setelah
mengalami setrategi bermain peran yang cukup lama, untuk dapat menggeneralisasi
mengenai pendekatan terhadap situasi masalah serta akibat dari pendekatan itu.
Semakin memadai pembentukan diskusi ini, kesimpulan yang dicapai akan semakin mendekati
generalisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar