Senin, 12 Juni 2017

Kajian Pustaka Penelitian Tindakan Kelas Pkn

Kajian Pustaka Penelitian Tindakan Kelas Pkn

Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
 
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
 

 

A.Budaya Organisasi

 Dalam kehidupan berpolitik dikenal ada tiga klasifikasi budaya demokrasi yaitu: budaya demokrasi parokial, budaya demokrasi kaula (subjek), dan budaya demokrasi partisipan (Gabriel A. Almond an Sidney Verba, 1990:20-22). Budaya demokrasi parochial berlangsung dalam masyarakat tradisional, dimana masyarakatnya masih sederhana dengan spesialisasi sangat kecil, para pelaku politik sering melakukan peranan serempak di berbagai bidang seperti bidang ekonomi, keagamaan dan lain-lain. Anggota masyarakat cenderung tidak menaruh minat terhadap obyek-obyek politik yang luas. Kesadaran menonjol dari anggota masyarakat dalam bidang politik adalah bahwa mereka mengakui adanya pusat kewenangan atau kekuasaan politik dalam masyarakat.
Budaya demokrasi kaula (subjek) anggota masyarakat mempunyai minat, perhatian, kesadaran terhadap sisetm politik secara keseluruhan, terutama terhadap segi output politik. Orientasi anggota masyarakat yang nyata terhadap objek politik dapat dilihat dari pernyataanya baik berupa kebanggaan, ungkapn sikap mendukung atau bermusuhan terhadap sistem politik. Posisi anggota masyarakat sebagai kaula dapat dikatakan sebagai posisi pasif. Mereka menganggap dirinya tidak berdaya mempengaruhi sistem politik, dan oleh karena itu menyerah saja kepada segala kebijakan dan keputusan para pemegang jabatan dalam masyarakat.
Budaya demokrasi partisipan ditandai oleh anggota masyarakat yang aktif dalam kehidupan politik.seseorang dengan sendirinya menyadari setiap hak dan tanggungjawabnya. Seorang dalam budaya partisipan dapat menilai dengan penuh kesadaran sistem politik secara totalitas, input dan output maupun posisi dirinya dalam sistem politik. Dengan demikian setiap anggota masyarakat akan terlibat dalam sistem politik yang berlaku betapapun kecil peran yang dijalankannya. Budaya demokrasi partisipan dalam pemahaman yang demikian tidak lain merupakan wujud budaya demokrasidalam masyarakat. Budaya demokrasi memberii tekanan pada pelaksanaan pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat (Depdiknas, 2004:15-16)
Menurut Henry B. Mayo dan Miriam Budiarjo (1986:62-53) pelaksanaan budaya demokrasi dalam masyarakat ditandai dengan penerapan nilai-nilai sebagai berikut: (1) menyelesaikan perselisihan secara damai (2) menjamin terlaksanakannya perubahan secara damai dalam suatu masyarakat yang sedang dinamis (3) melaksanakan pergantian pemimpin secara teratur (4) meminimalisir penggunaan cara-cara kekerasan (5) mengakui adanya keanekaragaman (6) menjamin tegaknya keadilan.
Lyman Tower Sargent (1987:29) mengemukakan bahwa unsure-unsur kunci dalam budaya demokrasi adalah: (1) keterlibatan rakyat dalam pengambilan keputusan politik (2) persamaan hak diantara warga Negara (3) kebebasan dan kemerdekaan dimiliki warga Negara (4) sistem perwakilan (5) sistem pemilihan dan ketentuan mayoritas.
Sedangkan menurut Winata Putra ( 1999:11-12) cirri-ciri orang yang memiliki budaya demokrasi yaitu : (1) berpikir kritis, arggumentatif dan kreatif (2) mengemukakan pikiran dan ide secara jernih sesuai aturan (3) menerima Kebineka Tunggal Ikaan kehidupan (4) berorganisasi secara sadar dan bertanggungjawab (5) menyikapi mass media secara objektif (6) berani tampil sebagai calon pemimpin (7) memilih calon pemimpin secara jujur dan adil (8) berpartisipasi aktif dalam kegiatan masyarakat (9) melaksanakan tugas dan fungsinya secara bertanggungjawab (10) mampu bekerjasama dengan penuh tanggungjawab (11) mampu mengambil keputusan secara adil.

B. Rambu-Rambu Pembelajaran PKn

1. Pendekatan Pembelajaran PKn
Pembelajaran dalam pelajaran PKn merupakan proses dan upaya membelajarkan dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual untuk mengembangkan kecerdasan, keterampilan, dan karakter. Pendekatan pembelajaran kontekstual dapat diwujudkan antara lain: (1) kooperatif (2) penemuan (3) inkuiri (4) interaktif (5) eksploratif (6) berpikir kritis (7) pemecahan masalah. Metode-metode pembelajaran tersebut dapat dilaksanakan secara bervariasi di dalam atau di luar kelas dengan memperhatikan ketersediaan sumber belajar. Guru dengan persetujuan kepala sekolah dapat membawa siswa menemui tokoh masyarakat dan pejabat setempat ke sekolah untuk memberiikan informasi yang relevan dengan materi yang sedang dibahas dalam kegiatan pembelajaran (Depdiknas, 2004: 158)
2.    Strategi pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL
Pembelajaran PKn dengan pendekatan CTL dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut: (1) kembangkan pemikiran bahwa anak dapat belajar lebih bermakna dengan cara mereka sendiri (2) laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topic (3) kembangkan sifat rasa ingin tahu melalui bertanya (4) Ciptakan masyarakat belajar dalam kelompok-kelompok (5) hadirkan model sebagai contoh pembelajaran (6) lakukan refleksi di akhir pertemuan (7) lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara (Depdiknas, 2003:10). PTK Pkn Terbaru.
Adapun komponen-komponen pembelajaran menggunakan CTL, yaitu:
a.    Konstruktivisme, bahwa manusia harus mengkonstruksi sendiri pengetahuannya dan memberi makna dalam kehidupannya.
b.    Inquiri, pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan mengingat seperangkat fakta akan tetapi hasil dari menemukan sendiri
c.    Questioning, bertanya dalam pembelajaran dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong,membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan proses inkuiri yaitu menggali informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui.
d.    Learning community atau belajar kelompok. Dalam kelas CTL guru disarankan selalu melaksanakan pembelajaran dalam kelompok belajar.
e.    Modeling (pemodelan) pengetahuan dan ketarampilan siswa dapat diperoleh dari model yang bisa ditiru.
f.    Reflection (refleksi). Refleksi merupakan cara berpikir tentang apa yang baru dipelajari siswa sebagai proses rivew terhadap apa yang baru saja dipelajari siswa
g.    Authentic assessment (penilaian yang sebenarnya), merupakan pengumpalan berbagai data yang dapat menggambarkan perkembangan siswa dalam belajar. Dalam authentic assessment penilaian bukan hanya hasil akan tetapi hasil dan prosesnya.
3.    Metode Role Playing dalam pembelajaran PKn
Robert Gilstrap memasukan role playing (bermain peran ) sebagai bagian dari simulasi, karena dalam simulasi terdapat permainan peran yang harus dilaksanakan peserta. Bermain peran merupakan simulasi tingkah laku dari orang yang diperankan ( Arifin dkk 1980:29). Paradigma baru dalam KTSP disarankan menerapkan metode kooperatif, interaktif, eksploratif, inkuiri, kritis, dan pemecahan masalah (Depdiknas, 2007:124).
Metode role playing merupakan salah satu alternative yang dapat dicobakan untuk mendesain pembelajaran PKn yang berbasis CTL. Metode role playing cukup efektif untuk menerapkan tujuh komponen CTL tersebut. Dengan role playing siswa dihadapkan pada praktek pemecahan masalah terhadap masalah-masalah publik yang sedang actual saat ini. Dengan demikian siswa dilatih berpikir kritis, berani menyampaikan pendapat, berargumentasi, berekspresi, sharing dengan siswa lain, dan menghargai pendapat, tidak memaksakan kehendak, serta berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan. Dengan menerapkan metode role playing diharapkan dapat mengembangkan budaya demokrasi pada siswa.
George Shaftel (1980:30) menyarankan Sembilan tahapan role playing yaitu: (1) tahap persiapan (2) tahap pemilihan peserta (3) mengatur tempat main (4) mempersiapkan pengamat (5) mencobakan permainan (6) diskusi dan evaluasi (7) mengulang permainan (8) pengungkapan pengalaman (9) generalisasi.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar