PENELITIAN TINDAKAN KELAS - PKn SMA
Pusing Menyusun Administrasi Pembelajaran?
disini Solusinya 081222940294 (SMS / WA)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah
memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam
mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten
untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang
dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang
memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui
berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan
Kewarganegaraan.
Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator
pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional
merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu,
daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau
menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat
Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan
belum menunjukkan hasil yang diinginkan.
Kondisi rendahnya hasil
belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil
belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu
dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali
ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara
menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang
pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00.
Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah.
Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru
tercapai sekitar 40 persen.
Secara tidak disadari, karena
rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli
apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang
bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak
hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan
yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang
dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran
yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk), kurangnya
pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM)
berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan
ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir
semester.
Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum
mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode
ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan,
siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh
guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara operasional, guru menjelaskan
materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di papan tulis.
Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk
mengerjakan soal.
Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan
Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum
ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh
perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu
membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang
tepat.
Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar
siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat.
Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah
70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan
Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan
memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran
yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi
pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..
Berdasarkan
uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan
harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil
belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi
akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara
meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal
peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran
konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan metode
kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang
terjadi adalah guru perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan
kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa sesuai prosedur
kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah
dikte guru.
Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa
rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan
siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya
diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi
hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran
dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu dimaksudkan agar siswa
dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang
secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan
penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep
hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman
konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa
dan akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran cenderung monoton yakni ceramah
dan diskusi.
2. Belum tercapainya hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.
3. Proses pembelajaran cenderung bersifat teacher centered atau terpusat pada guru
dan guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :
1.Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua yaitu hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara (Y) dan penerapan metode kontekstual (X).
2.Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 semester I
SMA Islam Al Hikmah Mayong tahun pelajaran 2009/2010 dalam kompetensi dasar
hakekat negara.
3.Metode kontekstual yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan secara
kelompok berdasarkan prosedur kerja yang telah ditentukan. Guru hanya bertindak
sebagai fasilitator. Siswa melakukan diskusi antar kelompok kemudian menarik
kesimpulan sendiri. Tindakan ini akan dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan
pengamatan dan pengalaman di lapangan terungkap bahwa guru belum
memberdayakan seluruh metode pembelajaran yang ada. Hal ini disebabkan
karena dalam mengajar mereka yang terpenting adalah materi pelajaran
dapat disampaikan secara keseluruhan sesuai dengan alokasi waktunya.
Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : apakah
melalui penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar
siswa dalam materi hakekat negara ?
E. Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.
2.Tujuan Khusus
Untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui
penerapan metode kontekstual bagi siswa kelas X-1 semester I Sekolah
Menengah Atas Negeri Jenawi tahun pelajaran 2009/2010.
F.Manfaat Penelitan
Dalam
mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan
dalam menjawab masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu penulis secara
rinci mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk
menggunakan metode kontekstual dengan manfaat:
1.Manfaat Teoritis
a.Mendapatkan
pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual
bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.
b.Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.
2.Manfaat Praktis
a.Manfaat bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa kelas X-1 Sekolah Menengah Atas AlHikmah Mayong
b.Manfaat bagi Guru
Melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran sekaligus dalam pembelajaran PKn.
c.Manfaat bagi Sekolah
Memberikan
pengetahuan umum tentang penerapan metode kontekstual dalam proses
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas
sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain.
d.Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah
Menambah
khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan hasil belajar
siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Kajian Teori
1.Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
a.Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan
(Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa,
usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk
warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa
dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan
berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan
kompetensi-kompetensi sebagai berikut:
(1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,
(2)
berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
(3)
berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup
bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
(4) berinteraksi dengan
bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak
langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
b. Hakekat Belajar
Pengertian
belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda-beda. Belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan
(Slameto, 1998:6)
Belajar adalah segenap rangkaian
kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan
mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau
kemahiran yang sifaknya sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000 :
6).
Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1978 : 36) adalah :
Belajar
adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material,
formil, serta fungsionil pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek
khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha mengadakan perubahan
situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.
Belajar
adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel, 2001: 36).
Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Pendapat Winkel di atas dikuatkan Winarno Surachmad (1996: 57) sebagai berikut :
Belajar
dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang
terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk
mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan
tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah
ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.
Pendefinisian
tentang pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa
dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang menimbulkan corak khas
uraian dan pembicaraan mengenai belajar, namun semua itu tergantung
sudut pandang dan penekanannya. Sumadi Suryabrata (1993:249) tidak
memberikan batasan secara langsung tentang belajar, melainkan
mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut belajar.
Pertama : belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).
Kedua : perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
Ketiga : bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)
Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian belajar yaitu :
1)Aktivitas
yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan perubahan
tingkah laku pada diri individu yang mengalami belajar.
2)Perubahan
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai
baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang sifatnya relatif
lama.
Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan
tentang belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar,
merasa butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar
maka dari siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk
melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan
kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada
kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat
maka keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya
kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan
faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri
menekankan pada autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan
tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.
c.Hasil Belajar
Menurut
Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah : “Hasil
belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil
dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya
akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159).
Pendapat
Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya
berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu
terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar
mengajar tertentu.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal
yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran.
Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768)
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar
menurut pendapat Mochtar Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai
atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka
atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang
dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.
Nasution
(1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik
berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti
program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar
mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana
evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau
penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Dari
hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang
biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil
belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari
aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan
anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik
merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat
menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.
Berdasarkan
pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang
mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya
berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya sehingga hasil belajar sebagai
suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan
baik berupa angka atau huruf dapat meningkat.
d.Hasil Belajar PKn
Hasil
belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi PKn
berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti
pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses
belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan
belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutama
kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan oleh guru. Dari hasil
evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya
dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.
2.Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
a.Pengertian Metode Pembelajaran
Menurut
Seels and Richey (1994 : 32) metode pembelajaran adalah spesifikasi
untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam
sebuah pembelajaran. Snelbecker (1982 : 115) mengemukakan metode
pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk
melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan memahami perbedaan
karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga diharapkan guru dapat
membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan
pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa harus
diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran, artinya guru
harus mampu memahami bahwa di antara siswa terdapat perbedaan-perbedaan
karakteristik. Hal itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan
kemampuan orang tua yang berbeda, sehingga dalam mengikuti proses
pembelajaran terdapat perbedaan pula.
Dengan memahami perbedaan
karakteristik siswa, dalam proses pembelajaran, oleh guru dapat
menentukan dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, guru dapat
memberikan suatu perlakuan, dan penilaian, serta keputusan yang tepat
kepada siswa, sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan diperhatikan
dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan sistem
yang terdiri atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan metode,
serta materi pembelajaran yang saling berinteraksi datam mencapai
tujuan. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru perlu menentukan dan
memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa.