Minggu, 31 Juli 2016

Contoh PTK Pendidikan KewargaNegaraan SMP

Contoh PTK Pendidikan KewargaNegaraan SMP

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini



Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IX D SMP Negeri 19 Makassar tahun pelajaran 2009/2010 diperoleh data sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran, (2) metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menitik beratkan pada penanaman informasi/ konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan atau disajikan dengan ceramah saja; (3) dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa merasa kurang mendapatkan pengarahan dan bimbingan dalam belajar mandiri, (4) dalam pelaksnaan pembelajaran guru masih menarapkan Catat Buku Sampai Abis. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah penggunaan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX D SMP Negeri 19 Makassar semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010”
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 19 Makassar semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010. Prosedur peneltian ini akan dilakukan melalui 3 (tiga) siklus, setiap siklus dilakukan selama 2 x 40 menit yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi
Hasil dari penelitian pada setiap siklus dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegara-an pada siswa kelas IX D SMP Negeri 19 Makassar semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010, yaitu sebagai berikut: (1) pada siklus I kinerja guru dalam penggunaan model pembelajaran CLIS mencapai 62,50% dan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan mencapai 61,54%, (2) pada siklus II kinerja guru dalam penggunaan model pembelajaran CLIS mencapai 75,00% dan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan 69,23%, dan (3) pada siklus III kinerja guru dalam penggunaan model pembelajaran CLIS mencapai 83,33% dan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan 79,49%. Dengan demikian semakin meningkat kinerja guru dalam penggunaan model pembelajaran CLIS maka semakin meningkat aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan.

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. [Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945]
Dalam perkembangannya sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 sampai dengan penghujung abad ke-20, rakyat Indonesia telah mengalami berbagai peristiwa yang mengancam keutuhan negara. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendalam dan komitmen yang kuat serta konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Guru memiliki tanggung jawab agar pembelajaran yang diberikan dapat berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung kepada usaha guru membangkitkan aktivitas belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Aktivitas dalam belajar mengajar merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, bertanya hal-hal yang belum jelas, mencatat, mendengar, berpikir, membaca, dan segala kegiatan yang dilakukan yang dapat menunjang prestasi belajar. Belajar sambil melakukan aktivitas lebih banyak mendatangkan hasil bagi anak didik, sebab kesan yang didapatkan oleh anak didik lebih tahan lama tersimpan di dalam benak anak didik.
Berdasarkan hasil pengamatan, wawancara dan hasil evaluasi pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di kelas IX D SMP Negeri 19 Makassar tahun pelajaran 2009/2011 diperoleh data sebagai berikut: (1) kegiatan pembelajaran masih banyak didominasi oleh guru sehingga siswa kurang aktif mengikuti pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, (2) metode yang digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan menitik beratkan pada penanaman informasi/ konsep-konsep yang dipelajari diberitahukan atau disajikan dengan ceramah saja; (3) dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa merasa kurang mendapatkan pengarahan dan bimbingan dalam belajar mandiri, (4) dalam pelaksnaan pembelajaran guru masih menarapkan Catat Buku Sampai Abis.
Dari hasil evaluasi proses pembelajaran di atas ternyata belum memberikan dampak yang baik terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran yang dilakukan masih menggunakan metode dan model yang kurang menarik perhatian siswa.
Sehubungan dengan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan tindakan perbaikan-perbaikan sebagai upaya meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam Pendidikan Kewarganegaraan.
B.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Bandar Negeri Semuong semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008.
2. Apakah penggunakan model pembelajaran Koopratif tipe TGT dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Bandar Negeri Semuong semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008.
3. Apakah penggunaan model pembelajaran kontekstual berbasis inquiri dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Bandar Negeri Semuong semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008.
4.   Apakah penggunaan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Bandar Negeri Semuong semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008.
C.    Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah ”Apakah penggunaan model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Bandar Negeri Semuong semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008”
D.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran CLIS dapat meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Bandar Negeri Semuong semester ganjil tahun pelajaran 2007/2008.
E.    Manfaat Penelitian
1.      Bagi siswa:
Dapat memperluas proses berpikir dan dapat menimbulkan minat sekaligus kreativitas serta aktivitas belajar siswa, sehingga siswa dapat berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2.      Bagi guru:
Bermanfaat untuk perbaikan dan mengembangkan kemampuan, serta merencanakan penggunaan model pembelajaran CLIS sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas belajar Pendidikan Kewarganegaraan.
3.                  Bagi sekolah:
Bermanfaat sebagai masukan dalam rangka mengefektifkan pembinaan dan pengembangan bagi guru agar dapat lebih profesional dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan di sekolah

Contoh PTK Penelitian Tindakan Kelas Pelajaran PKN Kelas VII/7 SMP / MTs

  Contoh PTK Penelitian Tindakan Kelas Pelajaran PKN Kelas VII/7  SMP / MTs


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini


Contoh PTK Penelitian Tindakan Kelas PKN Kelas VII/7  SMP / MTs– ContohPTK.com,- Pendidikan kewargenegaraan merupakan Pendidikan Pancasila dan unsur-unsur yang dapat mengembangkan jiwa dan nilai-nilai UUD 1945 kepada generasi muda. Secara garis besar penyajian materi PKn bertujuan: 1) untuk meningkatkan kesadaran dan kemampuan diri pribadi siswa sebagaiinsan pancasila. 2) untuk meningkatkan diri siswa sebagai warga negara yang pancasila yang mahir dalam hubungan sosial (Arni Fajar, 2009:143).
judul yang tepat untuk Contoh PTK PKN kelas 7 SMP METODE THINKPAIR SHARE (TPS) adalah Penerapan METODE THINKPAIR SHARE (TPS) untuk MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS 7  SMP NEGERI atau bisa juga  UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn DENGAN METODE THINKPAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS 7 SMP NEGERI
  
Contoh PTK PKN kelas 7 SMP METODE THINKPAIR SHARE (TPS)
Sedangkan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (BSNP, Standar Isi KTSP 2006) adalah sebagai berikut 1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan, 2) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi 3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya, 4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk meningkatkan kemampuan diri pribadi siswa sebagai insan pancasila, supaya masyarakat mampu berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan dan masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif, bertanggung jawab, bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta menciptakan suatu generasi yang anti-korupsi. Untuk mewujudkan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka seorang guru PKn harus mempunyai pengetahuan yang memadai baik di bidang akademik maupun pedagogik. Guru harus menguasai materi pendidikan kewarganegaraan dan dapat menyajikan materi tersebut dengan berbagai metode yang kreatif dan inovatif sehingga pemahaman siswa tidak berhenti pada aspek kognitif saja tetapi dapat terwujud dalam sikap dan perilaku sehari-hari (sampai aspek afektif dan psikomotor).
di dalam Contoh PTK PKN kelas 7 SMP METODE THINKPAIR SHARE (TPS) Penyebab pengetahuan siswa yang masih terpusat pada aspek kognitif karena guru masih menggunakan metode mengajar yang konvensional seperti ceramah dalam pembelajaran PKn-nya
Penggunaan metode ceramah lebih mendominasi selama proses pembelajaran, sehingga guru dalam pendekatan pembelajaran berorientasi terpusat pada dirinya sendiri. Metode ceramah adalah metode yang boleh dikatakan sebagai metode tradisional, karena sejak dahulu metode ini sudah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dan anak didik dalam interaksi edukatif. Kelemahan metode ceramah adalah: 1) kegiatan pembelajaran menjadi verbalisme (pengertian kata-kata), 2) anak didik yang lebih tanggap dari sisi visual akan menjadi rugi dan anak didik yang lebih tanggap auditifnya akan lebih cepat menerimanya, 3) bila terlalu lama akan membosankan, 4) sukar mengontrol sejauh mana perolehan belajar anak didik dan, 5) meyebabkan anak didik pasif (Jamal Ma’mur Asmani : 2012: 32-33)
Kondisi ini juga terjadi di SMP Negeri 1 Japah Kecamatan Japah Kabupaten Blora khususnya pada kelas 7 D, berdasarkan hasil pengamatan terhadap pembelajaran PKn pada materi “Sikap Positif Terhadap Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi Manusia” di kelas tersebut, dalam proses pembelajaran guru sering menggunakan metode ceramah sehingga siswa kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dari 37 siswa yang sering bertanya ataupun mengemukakan pendapat pada waktu proses pembelajaran berlangsung hanya 7 orang (18,91%). Hal tersebut menyebabkan hasil belajar siswa rendah, masih terdapat siswa yang belum

untuk mendownload Contoh PTK PKN kelas 7 SMP METODE THINKPAIR SHARE (TPS)

mencapai nilai KKM > 72. Dari hasil evaluasi setelah pembelajaran selesai hanya 12 orang (32,43%) yang hasil belajarnya sudah mencapai KKM > 72, sedangkan 25 orang (67,58%) masih mendapatkan nilai dibawah KKM > 72.
Dalam merancang sebuah pembelajaran tidak lepas dari indikator dan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Untuk mencapai hal itu dalam sebuah pembelajaran kita membutuhkan cara atau metode pembelajaran yang tepat.
Pada umumnya guru hanya menggunakan metod ceramah/ konvensional, hal ini dikarenakan materi PKn hanya berbentuk bacaan teoretis yang dihafal, guru kurang kreatifnya dalam menyajikan pembelajaran. Untuk mengatasi siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran berdampak pada hasil belajar yang rendah maka di lakukan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menerapkan metode Tink Pair Share.
Metode Think Pair Share (TPS) adalah metode yang sederhana, namun sangat bermanfaat bagi siswa, metode ini dikembangkan pertama kali oleh Frannk Lyman dari university of Maryland 1989. Pada awal pembelajaran, siswa diminta untuk duduk berpasang (kelompok) dan kemudian guru mengajukan satu pertanyaan/ masalah kepada mereka. Setiap siswa diminta untuk berfikir sendiri-sendiri terlebih dahulu tentang jawaban atas pertanyaan itu, kemudian mendiskusikan hasil pemikiranya dengan pasangan (kelompok) untuk memperoleh satu konsensus yang sekiranya dapat mewakili jawaban mereka. Setelah itu, guru meminta setiap pasangan untuk menshere, menjelaskan, atau menjabarkan hasil konsensus atau jawaban yang telah mereka sepakati pada siswa-siswa yang lain diruang kelas (Miftahul Huda, 2012 : 132). Dengan metode TPS diharapkan pembelajaran PKn menjadi lebih menarik, siswa lebih aktif yang berdampak pada hasil belajar menjadi meningkat.
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dirumuskan judul penelitian tindakan kelas Contoh PTK PKN kelas 7 SMP METODE THINKPAIR SHARE (TPS) untuk download Contoh PTK PKN kelas 7 SMP METODE THINKPAIR SHARE (TPS) silahkan hubungi kami

Penelitian Tindakan Kelas Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar PKN Siswa kelas IV

Penelitian Tindakan Kelas Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar PKN Siswa kelas IV


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini



Penelitian dilakukan adanya permasalahan rendahnya motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PKn di SMP Negeri 7 Malang khususnya kelas IX-G. Pembelajaran di kelas IX-G masih menggunakan metode ceramah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengelolaan kelas pada pembelajaran PKn kelas IX-G di SMP Negeri 7 Malang, untuk mengetahui peningkatan motivasi siswa dalam pembelajaran PKn kelas IX-G di SMP Negeri 7 Malang, untuk mengetahui upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas IX-G di SMP Negeri 7 Malang melalui pengelolaan kelas

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Subyek dari penelitian ini adalah kelas IX-G di SMP Negeri 7 Malang dengan jumlah 35 siswa. Setiap siklus PTK terdiri dari atas perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, pengamatan tindakan dan refleksi. Data dikumpulkan atau observasi, wawancara dan tes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif kualitatif, yang disebut analisis isi (content analysis) dimana analisis isi (content analysis) merupakan penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap suatu isi informasi tertulis. Dalam penelitian ini, yang akan dibahas secara mendalam adalah upaya guru dalam meningkatkan motivasi belajar PKn siswa kelas IX-G SMP Negeri 7 Malang melalui pengelolaan kelas. Selanjutnya pengelolaan kelas dan motivasi belajar di klasifikasikan dengan 3 kriteria, yaitu tinggi, sedang, dan rendah.

Pengelolaan kelas dilaksanakan dengan menciptakan kondisi yang produktif dan menegakkan aturan. Menciptakan kondisi berupa: guru mempersilahkan siswa untuk bertanya apa saja yang tidak dimengerti oleh mereka, guru juga mengajukan pertanyaan kepada siswa, mengenal karakteristik kelas, dan menumbuhkan rasa percaya diri. Dan menegakkan aturan berupa: guru mengajukan pertanyaan pada siswa yang ribut sebagai hukuman baginya, siswa yang terlambat mengumpulkan tugas nilainya dikurangi.

Upaya yang dilakukan guru dalam pengelolaan kelas adalah merinci kondisi kelas yang dikehendaki, mengamati kondisi kelas yang ada/nyata, menentukan cara pengelolaan kelas, menilai dan memilih hasil pengelolaan kelas. Selanjutnya melalui pengelolaan kelas ini dapat memperlihatkan motivasi kelas PKn siswa kelas IX-G SMP Negeri 7 Malang. Jika ini ditunjukkan berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa siswa kelas IX-G memiliki motivasi belajar yang makin meningkat. Pada siklus satu motivasi siswa 27,5 dan siklus dua 30,1 dengan peningkatan 25,9%.

Akhirnya disarankan guru PKn adalah pemimpin proses berjalannya pembelajaran dalam kelas sehingga siswa sebaliknya patuh instruksi dari guru PKn yang meningkatkan motivasi belajar. Kerja sama siswa bukan membebankan temannya yang lain yang dianggap lebih bisa di dalam kelas namun menolong mencari jawaban yang tepat dari tugas tersebut maupun membuat suatu pendapat dari materi yang disampaikan. Sekolah sebagai lingkungan belajar sudah harus mempersiapkan kebutuhan dan peralatan sekolah untuk menunjang berjalannya proses belajar mengajar. Pemanfaatan media pembelajaran berbasis microsoft power point untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas III SDN Cemorokandang 2 Malang / Ike Oktaria

2Penerapan pendekatan multikultural untuk meningkatkan rasa cinta tanah air pada pembelajaran PKn kelas III SDN Sukomoro I Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk / Tri Ratna Sari
3Penerapan model mind mapping dan inside-outside circle untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN Pelambuan 7 Banjarmasin / Siti Aulia
4Penerapan model pembelajaran berbasis masalah berbantuan media CD interaktif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Bronjong Kabupaten Lamongan / Indra Kurniawan
5Penerapan model course review horay untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn kelas IV SDN Ngajum 01 Malang / Tia Diana Perwitasari
6Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan hasil belajar PKn materi pengaruh globalisasi pada siswa kelas IV SDN Andonosari I Tutur Pasuruan / Kateni Winata
7Meningkatkan pemahaman konsep menghargai keputusan bersama dalam pembelajaran PKn melalui metode role playing siswa kelas V SDN Glangang I Malang / Erna Kusrini
8Penerapan model jigsaw untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa tentang globalisasi di kelas IV SDN Kauman 2 Kecamatan Klojen Kota Malang / Mesak Apalem
9Penerapan permainan kata berantai untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang harga diri pada PKn kelas III SDN Banjararum 03 Malang / Sulicha
10Penerapan model pembelajaran Problem Based Introduction (PBI) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas V SDN Bareng 3 Kota Malang / Ferid Aquarista
11Penerapan strategi pembelajaran think talk write untuk meningkatkan aktivitas dan hail belajar PKn siswa kelas IV SDN Madyopuro 3 Kec. Kedungkandang Kota Malang / Siti Hajar Sangaji
12Pemanfaatan sumber belajar lingkungan terdekat siswa melalui observasi untuk meningkatkan hasil belajar materi norma yang berlaku di masyarakat bagi siswa kelas III A SDN Kotalama 5 Malang / Rifa Nurdiana
13Pemanfaatan media gambar ilustrasi sebagai alat peraga untuk meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas I SDN Pisangcandi I Kota Malang / Rita Yulaika
14Implementasi model peta konsep (Concept Mapping) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas III pada pembelajaran PKn di SDN Pandanwangi 4 kota Malang / Diana Saridewi
15Meningkatkan hasil belajar PKn dengan strategi TTW (Think - Talk - Write) siswa kelas III SDN Gampeng II / Dianika Ratnasari
16Penerapan model pembelajaran demokratis berperspektif gender untuk meningkatkan hasil belajar PKn pada siswa kelas IV SDN Kesamben 06 Blitar / Dandik Dwi Yulistyawan
17Penerapan model pembelajaran kooperatif time token arends untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Jatimulyo 01 Malang / Muhammad Fitra Rasyadianto
18Meningkatkan hasil belajar PKn melalui metode role playing di kelas IV SDN Ardirejo 3 Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang / Ita Afni Mubalihah
19Penerapan model pembelajaran inside outside circle (IOC) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PKn siswa kelas IV SDN Purwantoro 2 Malang / Dyah Rismawanti
20Penerapan model talking stick untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn kelas V SDN Tanjungrejo 2 Malang / Dwi Enggar Septiyani

Contoh PTK PKN Kelas VI

Contoh PTK PKN Kelas VI


JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami Disini



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi manusia dalam
kegiatan sehari-hari, karena pendidikan sangat besar pengaruhnya terhadap
perkembangan manusia dalam seluruh aspek kehidupan. Manusia tumbuh dan
berkembang melalui belajar. Dalam kegiatan belajar mengajar banyak faktor
yang menentukan keberhasilan belajar.
Keberhasilan belajar tidak terlepas dari peran guru dalam proses
pembelajaran, karena dalam proses pembelajaran guru menjadi peran utama
dalam menciptakan situasi yang edukatif, yaitu interaksi antara guru dan
siswa, siswa dengan siswa, dan dengan sumber pembelajaran dalam
menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Untuk terwujudnya proses
pembelajaran seperti itu sudah barang tentu menuntut adanya upaya guru
untuk mengaktualisasikan kompetensinya secara profesional, utamanya dalam
aspek metodologis.
Berdasarkan hal semacam itu peneliti menyadari sepenuhnya masalah-
masalah yang selalu muncul dalam kegiatan pembelajaran. Kadang-kadang
guru merasa bingung dalam menentukan model pembelajaran atau metode
mengajar apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Harapan
untuk memiliki siswa yang taqwa, cerdas dan terampil, serta aktif dan kreatif,
sehingga hasil yang memuaskan pada setiap tes kadang tidak tercapai.
Kenyataan yang dijumpai malah sebaliknya. Siswa kurang aktif dalam
pembelajaran, kurang bersemangat dalam menerima pelajaran, serta kurang
percaya diri dalam menjawab pertanyaan dari guru, sehingga mengakibatkan
hasil prestasi yang rendah dan mengecewakan. Itu menandakan bahwa
pembelajaran dapat dikatakan belum berhasil.
Setiap guru menghendaki agar agar siswanya berhasil dalam
3
Selama proses pembelajaran berlangsung, banyak siswa yang masih
terlihat bingung dan tidak dapat menerima pelajaran dengan baik. Berulang
kali guru menjelaskan namun hanya ada beberapa siswa yang mau
mengajukan pertanyaan.
1. Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan hal kasus pembelajaran di atas maka penulis
minta bantuan kepada supervisor dan teman sejawat untuk berdiskusi
mengidentifikasi kekurangan dari pembelajaran yang dilaksanakan. Dari
hasil diskusi terungkap beberapa masalah yang terjadi selama
pembelajaran, yaitu :
1. Rendahnya minat belajar siswa.
2. Rendahnya tingkat penguasaan materi .
3. Siswa kurang aktif bertanya.
4. Rendahnya hasil belajar siswa.
2. Analisis Masalah
Melalui refleksi diri dan diskusi dengan supervisor dan teman sejawat
dapat diketahui bahwa kemungkinan penyebab rendahnya minat belajar siswa
selama proses pembelajaran berlangsung dan rendahnya tingkat penguasaan
materi terhadap materi yang diajarkan sehingga mengakibatkan rendahnya
hasil belajar siswa adalah :
1. Penjelasan guru dirasa terlalu cepat.
2. Media pembelajaran kurang menarik bagi siswa.
3. Metode yang digunakan kurang tepat.
4. Siswa tidak dilibatkan dalam proses pembelajar
B. Rumusan Masalah
PAKEM atau Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan
Menyenangkan, pertama kali diperkenalkan menyertai program Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS) yang dikembangkan UNICEF-UNESCO-Pemerintah
4
RI (Kompas, 8 Desember 2003). PAKEM adalah pembelajaran yang membuat
siswa aktif dan kreatif sehingga menjadi efektif tetapi tetap menyenangkan.
Model ini dikembangkan untuk menciptakan situasi pembelajaran yang
dialami para siswa lebih menggairahkan dan memotivasi siswa untuk
melakukan kegiatan belajar secara aktif yang pada akhirnya mencapai hasil
belajar yang optimal. Dimaksudkan bahwa proses pembelajaran tersebut.
Pembelajaran aktif menuntut siswa dan guru secara aktif melakukan tugas dan
fungsinya masing-masing. Guru secara aktif merancang dan mengkondisikan
siswanya untuk belajar, bahkan berupaya memfasilitasi kebutuhan siswa
dalam melaksanakan kegiatan belajarnya. Sementara siswa aktif melakukan
tugasnya sebagai pelajar untuk belajar.
Bentuk aktifitas yang dilakukan siswa bukan hanya aktifitas fisik tetapi
dan terutama aktifitas mental, karena inti dari kegiatan belajar adalah adanya
aktifitas mental. Tanpa keterlibatan mental dalam suatu aktifitas yang
dilakukan siswa maka tidak akan pernah terjadi proses belajar di dalam
dirinya. Pembelajaran aktif ini merupakan respon terhadap pembelajaran yang
selama ini bersifat pasif, dimana para siswa hanya menerima informasi dari
gurunya melalui metode ceramah.
Pembelajaran yang kreatif dimaksudkan pembelajaran yang beragam,
sehingga mampu mengakomodir gaya belajar dan tingkat kemampuan belajar
siswa yang bervariasi. Disisi lain pembelajaran kreatif juga dapat diartikan
sebagai pembelajaran yang mampu menstimulasi daya imajinasi siswa untuk
menghasilkan sesuatu. Dalam pembelajaran kreatif, peran guru bukan sebagai
penyampai informasi/materi yang sudah siap “dicerna” oleh siswa, tetapi lebih
pada sebagai stimulator ide yang mendorong pikiran dan imajinasi siswa
muncul dan terealisasi melalui kegiatan belajar. Pembelajaran kreatif juga
diartikan sebagai pembelajaran yang mendorong para siswanya menjadi
kreatif, yaitu lancar, luwes, dan orisinil.
Pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang mampu “membawa”
para siswanya menguasai kemampuan yang diharapkan di akhir proses
5
pembelajaran. Keefektifan pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari
sisi guru yang melaksanakan pembelajaran, dan dari sisi siswa yang belajar.
Dilihat dari sisi guru, pembelajaran dikatakan efektif apabila pembelajaran
mampu menstimulasi aktifitas siswa secara optimal untuk melakukan kegiatan
belajar dan seluruh atau sebagian besar aktifitas yang direncanakan dapat
terlaksana. Sementara bila dilihat dari sisi siswa, pembelajaran dikatakan
efektif apabila pembelajaran tersebut dapat mendorong siswa untuk
melakukan berbagai kegiatan belajar secara aktif, dan di akhir pembelajaran
para siswa mampu menguasai seluruh atau sebagai besar tujuan pembelajaran
yang ditetapkan, dan penguasaan pengetahuan tersebut dapat bertahan dalam
waktu yang relatif lama.
Sebagai sebuah profesi yang professional, maka semua tindakan yang
dilakukan guru harus didasarkan pada kerangka teori dan kerangka pikir yang
jelas. Demikian juga dengan pilihan untuk memilih dan memanfaatkan
pendekatan PAKEM, harus didasari pada suatu rasional mengapa kita memilih
dan menggunakan pendekatan tersebut. Berkenaan dengan hal ini perlu
dikemukakan sejumlah alasan dan dasar teoritik sekaligus landasan filosofis
dikembangkannya pendekatan PAKEM.
Salah satu perkembangan teori pembelajaran yang mendasari
munculnya pendekatan PAKEM adalah terjadinya pergeseran paradigma
proses belajar mengajar, yaitu dari konsep pengajaran menjadi pembelajaran
yang berimplikasi kepada peran yang harus dilakukan guru yang tadinya
mengajar menjadi membelajarkan. Konsep pembelajaran yang merupakan
terjemahan dari kata instructional pada dasarnya telah lama dikenal di
Indonesia, yaitu sejak tahun 1975, yang tergambar dalam rumusan tujuan yang
harus dibuat guru, yaitu rumusan tujuan instruksional khusus. Namun
implementasi dari konsep pembelajaran di dalam kelas belum juga terjadi
secara sesungguhnya.
Dalam konsep pengajaran peran yang paling dominan ada pada guru,
yaitu sebagai pengajar yang melaksanakan tugasnya mengajar. Dalam