Jumat, 31 Maret 2017

CONTOH PENELITIAN SERTA TINDAKAN KELAS - PKn SMA

CONTOH PENELITIAN SERTA TINDAKAN KELAS - PKn SMA

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI





BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam mempersiapkan warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Upaya yang dapat dilakukan adalah menyelenggarakan program pendidikan yang memberikan berbagai kemampuan sebagai seorang warga negara melalui berbagai mata pelajaran termasuk salah satunya Pendidikan Kewarganegaraan.

Kemampuan dasar, materi pokok, dan indikator pencapaian hasil belajar yang dicantumkan dalam Standar Nasional merupakan bahan minimal yang harus dikuasai siswa. Oleh karena itu, daerah, sekolah atau guru dapat mengembangkan, menggabungkan, atau menyesuaikan bahan yang disajikan dengan situasi dan kondisi setempat Realitanya hasil belajar siswa dalam materi Pendidikan Kewarganegaraan belum menunjukkan hasil yang diinginkan.

Kondisi rendahnya hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara tercermin juga dalam hasil belajar siswa pada siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong. Hal itu dapat diketahui dari rata-rata nilai harian siswa. Pada tiga kali ulangan harian yang diadakan guru dengan kompetensi dasar hakekat negara menunjukkan rata-rata kurang dari nilai 70. Dari ulangan harian yang pernah dilakukan, + 60 % siswa mendapatkan nilai dibawah 70,00. Angka-angka tersebut dapat diartikan, bahwa pemahaman siswa terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tersebut relatif masih rendah. Dengan kata lain, pemahaman siswa SMA Islam Al Hikmah Mayong terhadap mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan mencapai baru tercapai sekitar 40 persen.

Secara tidak disadari, karena rutinitas tugasnya mengakibatkan guru tidak begitu menghiraukan/peduli apakah siswanya telah atau belum memperoleh pengalaman belajar yang bermakna. Sejauh mana siswa telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (knowing), tentang konsep Pendidikan Kewarganegaraan yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran? Rutinitas yang dilakukan para guru tersebut meliputi penggunaan metode pembelajaran yang cenderung monoton yaitu kapur dan tutur (chalk-and-talk), kurangnya pelaksanaan evaluasi selama proses kegiatan belajar mengajar (KBM) berlangsung, serta kecenderungan penggunaan soal-soal bentuk pilihan ganda murni pada waktu ulangan harian maupun ulangan sumatif tiap akhir semester.

Sebelum penelitian dilakukan guru memang belum mengoptimalkan metode kontekstual. Guru baru sebatas memanfaatkan metode ceramah serta penugasan (PR) kepada siswa. Kalaupun ada penugasan, siswa hanya di beri pekerjaan rumah yang dinilai secara individual oleh guru tanpa didiskusikan di kelas. Secara operasional, guru menjelaskan materi kepada siswa kemudian memberikan contoh-contoh di papan tulis. Setelah selesai menerangkan materi, guru menyuruh siswa untuk mengerjakan soal.

Kenyataan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah tersebut perlu diperbaiki sebab Pendidikan Kewarganegaraan termasuk mata pelajaran inti dengan nilai minimum ketuntasan belajar 70. Disamping itu, dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Atas juga dinyatakan bahwa salah satu tujuan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah agar siswa menaruh perhatian terhadap isu-isu dan masalah-masalah sosial, serta mampu membuat analisis yang kritis, selanjutnya mampu mengambil tindakan yang tepat.

Melalui tindakan yang akan dilakukan guru, hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan akan meningkat. Nilai rata-rata ulangan harian yang diharapkan setelah penelitian adalah 70 atau mencapai nilai batas ketuntasan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Guna meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara siswa, guru perlu melakukan tindakan kelas yakni dengan memperbaiki proses pembelajaran dengan memodifikasi pola pembelajaran yang selama ini hanya monoton pembelajaran kelas dengan ceramah menjadi pembelajaran mandiri atas dasar inisiatif siswa..

Berdasarkan uraian di atas nampak adanya kesenjangan antara kondisi nyata dengan harapan. Kesenjangan pokok dari subyek yakni pada kondisi awal hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara yang rendah sedangkan kondisi akhir yang diharapkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara meningkat. Kesenjangan pokok dari peneliti yakni pada kondisi awal peneliti masih menyampaikan materi menggunakan model pembelajaran konvensional sedangkan kondisi akhir peneliti menggunakan metode kontekstual. Jadi, upaya untuk memecahkan masalah dari kesenjangan yang terjadi adalah guru perlu menerapkan metode kontekstual. Kegiatan kontekstual dilakukan secara mandiri, artinya siswa sesuai prosedur kerja diberi kebebasan untuk berkreasi sendiri dan tidak berada di bawah dikte guru.

Dari uraian di atas muncul kerangka pemikiran bahwa rendahnya nilai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dikarenakan siswa kurang memahami konsep hakekat negara yang selama ini hanya diajarkan guru melalui metode ceramah. Salah satu cara untuk mengatasi hal tersebut adalah pelaksanaan kegiatan tindak lanjut berupa pengajaran dengan menerapkan metode kontekstual. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mudah memahami dan menerima materi yang disampaikan guru yang secara tidak langsung memberi penekanan agar siswa memperhatikan penjelasan guru dan pada akhirnya siswa akan lebih memahami konsep hakekat negarayang dipelajarinya. Dengan demikian adanya pemahaman konsep tersebut maka akan dapat membantu meningkatkan pemahaman siswa dan akhirnya akan dapat mengatasi rendahnya hasil belajar siswa.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Metode yang dipergunakan guru dalam pembelajaran cenderung monoton yakni ceramah
dan diskusi.
2. Belum tercapainya hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan pengajaran.
3. Proses pembelajaran cenderung bersifat teacher centered atau terpusat pada guru
dan guru mendominasi seluruh kegiatan pembelajaran.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah berkenaan dengan tindakan kelas ini adalah sebagai berikut :

1.Variabel dalam penelitian ini hanya ada dua yaitu hasil belajar siswa dalam materi
hakekat negara (Y) dan penerapan metode kontekstual (X).
2.Hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 semester I
SMA Islam Al Hikmah Mayong tahun pelajaran 2009/2010 dalam kompetensi dasar
hakekat negara.
3.Metode kontekstual yang dilaksanakan dalam penelitian ini dilakukan secara
kelompok berdasarkan prosedur kerja yang telah ditentukan. Guru hanya bertindak
sebagai fasilitator. Siswa melakukan diskusi antar kelompok kemudian menarik
kesimpulan sendiri. Tindakan ini akan dilakukan pada tahun pelajaran 2009/2010.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pengamatan dan pengalaman di lapangan terungkap bahwa guru belum memberdayakan seluruh metode pembelajaran yang ada. Hal ini disebabkan karena dalam mengajar mereka yang terpenting adalah materi pelajaran dapat disampaikan secara keseluruhan sesuai dengan alokasi waktunya. Dengan demikian penulis merumuskan masalah sebagai berikut : apakah melalui penerapan metode kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara ?

E. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

2.Tujuan Khusus

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa kelas X-1 semester I Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi tahun pelajaran 2009/2010.

F.Manfaat Penelitan

Dalam mengadakan penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai masukan dalam menjawab masalah yang dihadapi di sekolah dalam mengajar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh sebab itu penulis secara rinci mengemukakan manfaat penelitian ini adalah mendorong guru untuk menggunakan metode kontekstual dengan manfaat:

1.Manfaat Teoritis

a.Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual bagi siswa Sekolah Menengah Atas Negeri Jenawi.

b.Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan bahan acuan bagi penelitian selanjutnya.

2.Manfaat Praktis
a.Manfaat bagi Siswa
Meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara bagi siswa kelas X-1 Sekolah Menengah Atas AlHikmah Mayong
b.Manfaat bagi Guru
Melatih guru dalam memodifikasi sekaligus menerapkan berbagai metode pembelajaran sekaligus dalam pembelajaran PKn.
c.Manfaat bagi Sekolah

Memberikan pengetahuan umum tentang penerapan metode kontekstual dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di Sekolah Menengah Atas sehingga dapat dijadikan pedoman guru lain.

d.Manfaat bagi Perpustakaan Sekolah

Menambah khasanah perpustakaan sekolah tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1.Hasil Belajar Pendidikan Kewarganegaraan
a.Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Kewarganegaraan (Citizenship) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Mata pelajaran Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil, dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berpikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

(1) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan,

(2) berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,

(3) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

(4) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

b. Hakekat Belajar

Pengertian belajar menurut para ahli memiliki definisi yang berbda-beda. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan (Slameto, 1998:6)

Belajar adalah segenap rangkaian kegiatan/aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan pengetahuan atau kemahiran yang sifaknya sedikit banyak permanen (The Liang Gie, 2000 : 6).

Pengertian belajar seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (1978 : 36) adalah :

Belajar adalah perubahan murid dari usahanya sendiri dalam bidang material, formil, serta fungsionil pada umumnya dan pada bidang-bidang intelek khususnya. Singkatnya belajar adalah berusaha mengadakan perubahan situasi dalam proses perkembangan dirinya mencapai tujuan.

Belajar adalah suatu aktivitas mental dan psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap (Winkel, 2001: 36). Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

Pendapat Winkel di atas dikuatkan Winarno Surachmad (1996: 57) sebagai berikut :

Belajar dapat dipandang sebagai proses dimana guru terutama melihat apa yang terjadi selama murid menjalani pengalaman-pengalaman edukatif untuk mencapai suatu tujuan. Yang diperhatikan adalah pola-pola perubahan tingkah laku selama pengalaman belajar itu berlangsung. Karena itulah ditekankan pula daya-daya yang mendinamisir proses itu.

Pendefinisian tentang pengertian belajar yang bermacam-macam menunjukkan bahwa dijumpai konsep-konsep tentang belajar yang menimbulkan corak khas uraian dan pembicaraan mengenai belajar, namun semua itu tergantung sudut pandang dan penekanannya. Sumadi Suryabrata (1993:249) tidak memberikan batasan secara langsung tentang belajar, melainkan mengidentifikasi kegiatan-kegiatan yang disebut belajar.

Pertama : belajar itu membawa perubahan (dalam arti Behavioral Changes, aktual maupun potensial).

Kedua : perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.

Ketiga : bahwa perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja)

Mengacu pada batasan-batasan yang telah disampaikan di atas maka dapat disimpulkan mengenai pengertian belajar yaitu :

1)Aktivitas yang dilakukan secara sadar dan aktif, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku pada diri individu yang mengalami belajar.

2)Perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari sesuatu yang dikuasai baik berupa pengetahuan, kemampuan, atau kecakapan yang sifatnya relatif lama.

Dalam uraian di atas telah disebutkan batasan-batasan tentang belajar. Apabila siswa benar-benar merasa tahu gunanya belajar, merasa butuh belajar, merasa dapat belajar, dan merasa senang belajar maka dari siswa tersebut akan timbul motivasi diri yang kuat untuk melakukan kegiatan belajar secara mandiri. Keputusan untuk melakukan kegiatan belajar pada tiap-tiap individu tidak sama, tergantung pada kekuatan motivasi diri, sebab jika motivasi kekuatan motivasi diri kuat maka keputusan utuk melakukan kegiatan belajar juga tinggi. Hanya kekuatan motivasi yang berasal dari dalam diri sendirilah yang merupakan faktor pendorong untuk melakukan belajar mandiri karena belajar mandiri menekankan pada autoaktifitas siswa dalam belajar yang penuh dengan tanggung jawab atas keberhasilan belajarnya.

c.Hasil Belajar

Menurut Chaplin, pengertian hasil belajar atau hasil belajar adalah : “Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi” (1992: 159).

Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu.

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran. Hasil belajar seperti yang dijelaskan oleh Poerwadarminta (1993 : 768) adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan). Pengertian hasil belajar menurut pendapat Mochtar Buchari (1986 : 94) adalah hasil yang dicapai atau ditonjolkan oleh anak sebagai hasil belajarnya, baik berupa angka atau huruf serta tindakannya yang mencerminkan hasil belajar yang dicapai masing-masing anak dalam periode tertentu.

Nasution (1972:45) berpendapat bahwa hasil belajar adalah kemampuan anak didik berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti program belajar secara periodik. Dengan selesainya proses belajar mengajar pada umumnya dilanjutkan dengan adanya suatu evaluasi. Dimana evaluasi ini mengandung maksud untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi yang diberikan oleh guru.

Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka. Dengan demikian hasil belajar merupakan suatu nilai yang menunjukkan hasil belajar dari aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif sebagai perubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap menurut kemampuan anak dalam perubahan baru. Dalam proses belajar mengajar anak didik merupakan masalah utama karena anak didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pelajaran yang diprogramkan didalam kurikulum.

Berdasarkan pengertian tentang hasil belajar maupun faktor-faktor yang mempengaruhinya maka harus diperhatikan faktor-faktor tersebut supaya berpengaruh menguntungkan bagi belajarnya sehingga hasil belajar sebagai suatu hasil yang telah dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan baik berupa angka atau huruf dapat meningkat.

d.Hasil Belajar PKn

Hasil belajar PKn adalah kemampuan siswa dalam menguasai materi PKn berdasarkan hasil dari pengalaman atau pelajaran setelah mengikuti pembelajaran secara periodik dalam kelas. Dengan selesainya proses belajar mengajar diakhiri dengan evaluasi untuk mengetahui kemajuan belajar atau penguasaan siswa atau terhadap materi PKn terutama kompetensi dasar hakekat negara yang diberikan oleh guru. Dari hasil evaluasi ini akan dapat diketahui hasil belajar siswa yang biasanya dinyatakan dalam bentuk nilai atau angka.

2.Metode Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

a.Pengertian Metode Pembelajaran

Menurut Seels and Richey (1994 : 32) metode pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi dan mengurutkan peristiwa atau langkah-langkah dalam sebuah pembelajaran. Snelbecker (1982 : 115) mengemukakan metode pembelajaran adalah suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk melaksanakan suatu proses pembelajaran dengan memahami perbedaan karakteristik dan kemampuan siswa, sehingga diharapkan guru dapat membantu kesulitan belajar siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Proses pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa harus diusahakan dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran, artinya guru harus mampu memahami bahwa di antara siswa terdapat perbedaan-perbedaan karakteristik. Hal itu karena siswa berasal dari kondisi ekonomi dan kemampuan orang tua yang berbeda, sehingga dalam mengikuti proses pembelajaran terdapat perbedaan pula.

Dengan memahami perbedaan karakteristik siswa, dalam proses pembelajaran, oleh guru dapat menentukan dan memilih metode pembelajaran yang sesuai, guru dapat memberikan suatu perlakuan, dan penilaian, serta keputusan yang tepat kepada siswa, sehingga siswa merasa dirinya dihargai dan diperhatikan dalam proses pembelajaran tersebut. Proses pembelajaran merupakan sistem yang terdiri atas beberapa komponen seperti siswa, guru, dan metode, serta materi pembelajaran yang saling berinteraksi datam mencapai tujuan. Dalam menyajikan materi pembelajaran guru perlu menentukan dan memilih metode pembelajaran yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Metode pembelajaran yang tepat adalah metode yang mampu membangkitkan motivasi belajar siswa.

Menurut Muhibbin Syah (1995 : 190) metode pembelajaran adalah cara yang di dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan. Semakin baik metode pembelajaran maka semakin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan lebih dahulu apakah suatu metode pembelajaran disebut baik, diperlukan ketentuan yang bersumber dari beberapa faktor. Adapun faktor utama yang menentukan adalah tujuan yang akan dicapai. Metode pembelajaran di dalam kelas selain faktor tujuan, juga faktor murid, faktor situasi, dan faktor guru ikut menentukan efektif tidaknya suatu metode pembelajaran.

Menurut Wasty Soemanto (1998 : 102) metode pembelajaran merupakan salah satu cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya pembelajaran. Oleh karena itu, peranan metode pembelajaran sebagai alat untuk menciptakan proses pembelajaran. Dengan metode pembelajaran diharapkan terciptalah interaksi edukatif. Dalam interaksi ini guru harus dapat menumbuhkan kegiatan belajar siswa, serta menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.

b.Metode Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning

Contextual Teaching and Learning (CTL) atau metode kontekstual adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat monerapkannya daiam kehidupan mereka (Wina Sanjaya, 2006: 109).

Dari konsep tersebut ada tiga hal yang harus dipahami. Pertama, menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam konteks metode kontekstual tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.

Kedua, metode kontekstual mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah dilupakan.

Ketiga, metode kontekstual mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya metode kontekstual bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks metode kontekstual bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

Untuk mencapai kompetensi yang sama dengan menggunakan metode kontekstual guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti di bawah ini:

a.Pendahuluan

1)Guru menjelaskan kompetensi yang hams dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.

2)Guru menjelaskan prosedur pembelajaran kontekstual:

a)Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa;

b)Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 mengobservasi kegiatan A, dan kelompok 3 dan 4 mengobservasi kegiatan B;

c)Melalui observasi siswa ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan pada masing-masing kegiatan tersebut.

3)Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa

b.Inti di Lapangan

1)Siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian tugas kelompok.

2)Siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan sesuai dengan alat observasi yang telah mereka tentukan sebelumnya.

Di dalam Kelas

1)Siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan kelompoknya masing-masing.
2)Siswa melaporkan hasil diskusi.
3)Setiap kelompok mynjawab setiap pertanyaan yang diajukan oleh kelompok yang lain.

c. Penutup
1) Dengan bantuan guru siswa menyimpulkan hasil observasi sekitar masalah demokrasi
sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus dicapai.

2) Guru menugaskan siswa untuk membuat rangkuman tentang pengalaman belajar mereka
dengan materi demokrasi.

Hal yang dapat ditangkap dari pembelajaran dengan menggunakan metode kontekstual adalah pada metode kontekstual untuk mendapatkan kemampuan pemahaman konsep anak mengalami langsung dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kelas bukanlah tempat untuk mencatat atau menerima informasi dari guru, akan tetapi kelas digunakan untuk saling membelajarkan.

1. B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian tindakan kelas ini dapat digambarkan sebagai berikut :

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester I tahun pelajaran 2009/2010 yaitu minggu 1 dan 2 bulan Agustus 2009.

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMA Islam Al Hikmah Mayong dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa kelas X-1 semester I tahun pelajaran 2009/2010. Alasan penelitian dilaksanakan di sekolah tersebut karena peneliti merupakan guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kelas X-1 di sekolah tersebut. Di samping itu, hasil belajar siswa pada materi hakekat negara di sekolah tersebut rata-rata rendah.

B. Subjek Penelitian

Mengingat dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti adalah guru mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, maka subjeknya adalah siswa yakni siswa kelas X-1 SMA Islam Al Hikmah Mayong semester I tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri atas 40 siswa.

C. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian tindakan kelas ini berasal dari subyek penelitian atau dari siswa yang merupakan sumber data primer yaitu nilai ulangan harian siswa baik nilai ulangan harian sebelum tindakan kelas maupun setelah dilakukanya tindakan kelas oleh guru.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dapat berbentuk tes maupun non tes. Namun dalam penelitian tindakan kelas ini yang dipergunakan adalah teknik pengumpulan data berbentuk tes. Pengertian tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Suharsimi, 1996: 138). Adapun tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi atau achievement test yaitu test yang digunakan untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu (Suharsimi Arikunto, 1996: 139).

Tes diberikan sesudah siswa yang dimaksud mempelajari hal-hal sesuai dengan yang akan diteskan yaitu tes ulangan harian. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas maka juga dipergunakan metode pengamatan (observe). Maksudnya bahwa data dikumpulkan dari hasil kegiatan yang dilaksanakan dari satu siklus ke siklus berikutnya.

2. Alat Pengumpulan Data

Mengingat teknik yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini berbentuk tes dan observasi, maka alat pengumpulan data yang dipergunakan adalah butir soal tes dan lembar observasi.

E. Analisis Data

Teknik analisis data dalam PTK ini bersifat deskriptif analitis. Langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data penelitian adalah :

1. Klasifikasi Data

Klasifikasi data merupakan pengelompokan data berdasarkan kriteria tertentu untuk mencari homogenitas yang diinginkan. Dalam penelitian ini klasifikasi digunakan untuk mengelompokkan hasil belajar siswa dari kegiatan penerapan metode kontekstual.

1. 2. Penafsiran Data

Penafsiran data bertujuan untuk mengambil kesimpulan sementara data yang telah diperoleh. Penafsiran merupakan langkah awal untuk pembahasan masalah secara mendalam.

1. 3. Evaluasi Data

Data yang telah diklasifikasi kemudian dievaluasi untuk mendapatkan kebenaran antara hasil penafsiran dengan realitas sesungguhnya. Apakah data tersebut dapat dipertanggungjawabkan dalam penelitian atau tidak, apakah penafsiran yang disampaikan sesuai dengan rumusan yang telah ditetapkan dan sebagainya. Hasil evaluasi dapat dipergunakan sebagai feed back (umpan balik) untuk mengukur sejauh mana data yang diperoleh dalam penelitian tersebut merupakan sesuatu yang bermanfaat ataukah tidak. Apabila dirasa kurang dapat mencapai tujuan yang diinginkan, maka prosedur penelitian dapat dilakukan secara berulang.

1.
4. Penarikan Kesimpulan

Tujuan akhir dari setiap penelitian adalah mendapatkan kesimpulan mengenai apa yang telah disampaikan dengan hasil penelitian. Kesimpulan merupakan hasil tertinggi dalam suatu penelitian. Dengan diperolehnya kesimpulan, maka masalah yang disajikan, dibahas dan carikan jalan keluarnya akan nampak dengan jelas. Dengan demikian maka kesimpulan merupakan penjabaran sistematis dari seluruh kegiatan penelitian.

F. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan

Rancangan-rancangan yang dilakukan pada tahapan ini adalah:

1. Membuat lembar observasi untuk melihat suasana pembelajaran, aktivitas guru dan aktivitas siwa selama proses belajar mengajar dengan menerapkan metode kontekstual.
2.
Membuat analisa hasil ulangan harian setiap siklus, untuk melihat apakah siswa kelas X-1 dalam proses belajar mengajar ada peningkatan penguasaan materi hakekat negara melalui penerapan metode kontekstual dengan menganalisis hasil belajar siswa.
3. Tahap Pelaksanaan / Tindakan

Guru melaksanakan tindakan kelas dengan strategi pembelajaran cara belajar siswa aktif melalui optimalisasi metode kontekstual yang diterapkan dengan tugas kelompok menggunakan bantuan berbagai media. Tugas yang telah dilakukan kemudian dipresentasikan di depan kelas, disini guru sebagai fasilitator yang memberi penguat dan simpulan untuk kejelasan materi hakekat negara.

1. Pemantauan / observing

Pada tahap pemantauan dikumpulkan data dan informasi dari beberapa sumber untuk mengetahui seberapa jauh efektifitas dari tindakan yang dilakukan. Data tentang penguasaan materi hakekat negara diperoleh dari nilai ulangan harian.

1.
Refleksi

Refleksi adalah kegiatan yang mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi pada siswa, suasana kelas dan guru. Guru merefleksi capaian hasil belajar siswa sebelum dan sesudah tindakan kemudian merumuskan keberhasilan maupun kekurangannya untuk ditindaklanjuti dengan langkah-langkah program berikutnya berupa penyempurnaan dan pengembangan.

Rencana tindakan penelitian dilaksanakan atau disusun terperinci setiap siklusnya, sesuai jadwal dan alokasi waktu berdasarkan rancangan penelitian. Bentuk tindakan yang akan dilaksanakan dalam tindakan kelas pada tiap-tiap siklusnya dijelaskan sebagai berikut :

1. Siklus I
1. Perencanaan

1)Mempersiapkan materi pembelajaran
2)Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan
3)Mempersiapkan lembar kerja siswa
4)Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran klasikal
5)Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

1. Tindakan

1)Pertemuan 1

a)Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b)Kegiatan Inti

(1)Guru menjelaskan materi dan memberikan contoh-contoh soal.
(2)Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat.
(3)Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan oleh guru.
(4)Siswa mendiskusikan materi.

c)Kegiatan Penutup

(1)Siswa membuat rangkuman
(2)Guru memberikan tugas pekerjaan rumah

2) Pertemuan 2

1. Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

1. Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi pelajaran
2. Guru memberikan contoh soal
3. Siswa mendengarkan penjelasan guru dan mencatat
4. Siswa berlatih menyelesaikan soal-soal seperti dicontohkan oleh guru
5. Kegiatan Penutup
1. Siswa bersama guru menyimpulkan materi
2. Siswa mengerjakan soal evaluasi
3. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

1. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 50% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal).

2. Siklus II

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran
2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan
3) Mempersiapkan lembar kerja siswa
4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan bantuan media
audio berupa rekaman berita melalui tape recorder
5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok
(2) Guru memberikan penjelasan teknis pelaksanaan diskusi
(3) Siswa mendiskusikan materi

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat kesimpulan

(2) Siswa mencatat tugas rumah

2) Pertemuan 2

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi empat kelompok

(2) Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3) Siswa menganalisis hasil diskusi

(4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator untuk melanjutkan ke siklus berikutnya adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 65% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

3. Siklus III

a. Perencanaan

1) Mempersiapkan materi pembelajaran

2) Mempersiapkan sumber belajar yang diperlukan

3) Mempersiapkan lembar kerja siswa

4) Mempersiapkan kelas dalam setting pembelajaran kontekstual dengan bantuan media audio visual berupa pemutaran menggunakan VCD

5) Membuat lembar observasi tentang aktivitas siwa selama proses belajar mengajar

6) Membuat angket untuk mengumpulkan data tentang respons siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan penerapan metode kontekstual.

b. Tindakan

1) Pertemuan 1

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

b) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2) Guru memberikan penjelasan tentang cara menggunakan alat dan cara merangkai

(3) Siswa mendiskusikan materi

c) Kegiatan Penutup

(1) Siswa membuat kesimpulan

(2) Siswa mencatat tugas rumah

2) Pertemuan 2

a) Kegiatan pendahuluan

Motivasi dan apersepsi

c) Kegiatan Inti

(1) Siswa dibagi menjadi sembilan kelompok

(2) Dalam kelompoknya siswa melakukan diskusi

(3) Siswa menganalisis hasil diskusi

(4) Beberapa kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapinya

d) Kegiatan Penutup

(1) Siswa bersama guru menyimpulkan materi

(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi

c. Pemantauan

1) Mengamati pelaksanaan proses belajar mengajar agar berjalan seoptimal mungkin

2) Mengamati dan mencatat tindakan aktifitas siswa

d. Refleksi

1) Mengevaluasi hasil pemantauan dan mengolah data hasil evaluasi serta menentukan keberhasilan pencapaian tujuan tindakan.

2) Mencatat perkembangan kemampuan siswa.

3) Mengadakan refleksi I dengan meneliti kembali tindakan yang telah dilakukan.

4) Memberi penguatan dan motivasi kepada siswa agar belajar lebih giat.

Indikator berakhirnya siklus adalah peningkatan hasil belajar yang dicapai siswa dengan capaian minimal sekurang-kurangnya 90% siswa telah mencapai nilai tuntas (di atas minimal)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmum, 2000, Psikologi Kependidikan, Bandung : Remaja Rosda Karya

Bloom, Benyamin S, 1986, Taxonomy of Education Objective, New York : Longman.

Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Model pengembangan Silabus Mata pelajaran dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran PKn. Jakarta : Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Rumpun Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah Umum. Jakarta : Balitbang Depdiknas.

Djamah Sopah, 2001, Pengembangan dan Penggunaan Model Pembelajaran ARIAS, http://www.depdiknas.go.id./Jurnal/31/djamah sopah.htm.

JP. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Pustaka Jaya.

Mochtar Buchari. 1986. Dasar-dasar Kependidikan. Bandung : Tarsito.

Mudhoffir. 1990. Proses Kegiatan Belajar Mengajar di Sekolah Formal. Surabaya : Usaha Nasional.

Muhibbin Syah, 1995, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung : Remaja Rosda Karya.

Mulyani Sumantri dan Johar Permana, 1999, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

Nana Sudjana, 1996, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung : Sinar Baru.

Nasution. 1972. Psikologi Pengajaran Nasional. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Ratna Wilis Dahar. 1986. Pengelolaan Belajar Mengajar. Jakarta : Rajawali Press.

Rochman Nata Wijaya. 1992. Penelitian untuk Ilmu-ilmu Perilaku. Bandung : Remaja Rosda Karya.

Sardiman A.M, 1989, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta : Rajawali Press.

Seels and Richey, 1994, Instructional Technology, New York : Ashton Scholastic Pty Limited.

Slameto. 1998. Didaktik Metodik. Jakarta : Pustaka Jaya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta.

Sumadi Suryabrata. 1993. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

The Liang Gie. 2000. Kamus Psikologi. Jakarta : PN. Balai Pustaka.

Toeti Soekamto dan Udin Saripudin Winataputra, 1997, Teori Belajar dan Model-model Pembelajaran, Jakarta : PAU Ditjen Dikti Depdikbud

Wasty Soemanto, 1998, Psikologi Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Winarno Surakhmad, 1994, Pengantar Interaksi Mengajar Belajar, Bandung : Tarsito.

WS. Winkel. 2001. Psikogi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada
.


CONTOH PTK SERTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS PKN SMA LENGKAP

CONTOH PTK SERTA PENELITIAN TINDAKAN KELAS PKN SMA LENGKAP

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI





METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan pendekatan studi kasus yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada materi Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani. Penelitian ini dilakukan dengan penelitian tindakan kelas, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. (Arikunto, 2006: 16).

Kehadiran Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama satu bulan, yaitu mulai bulan Juli-Agustus 2012. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik Sekolah SMA/roster pembelajaran yang sudah ditetapkan.

Data dan Sumber Data
Penelitian ini dilakukan pada Sekolah SMA, Kecamatan, Kabupaten, untuk mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan materi ajar Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani. Subyek dari penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS dengan jumlah sebanyak 36 siswa. Pemilihan kelas XI IPS bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar pada pembelajaran Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani.

Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data adalah :
Observasi (Pengamatan)
Arikunto (2006: 81) mengemukakan observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselidiki. Observasi untuk mengetahui dan untuk memperoleh atau pendirian responden melalui percakapan langsung dan berhadapan muka.
Tes
Tes diberikan kepada siswa yang dijadikan sebagai sampel. Tes hasil belajar siswa yang diberikan berupa soal yang berbentuk pilihan ganda yang berjumlah 10 butir soal.

Pengecekan Keabsahan Data
Data yang diperoleh pada setiap kegiatan observasi dari setiap siklus akan dilakukan pengecekan. Adapun kegiatan yang akan perlu pengecekan adalah:
Tingkat keaktifasan siswa dalam proses pembelajaran, dengan kategori tinggi, sedang dan rendah.
Hasil belajar siswa berupa nilai ulangan harian.
Tingkat keberhasilan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)  dengan kategori berhasil, kurang berhasil dan tidak berhasil.

Langkah-langkah Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) merupakan penelitian yang dilakukan dalam tiga tahap yaitu, persiapan, pelaksanaan penelitian dan analisis data. Penelitian tindakan ini terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukkan langkah-langkah, yaitu :
Perencanaan (Planning)
Perencanaan (Planning) yaitu rencana atau tindakan apa yang dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan perilaku dan sikap sebagai solusi. Adapun susunan rencana yang dilakukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Menetapkan materi yang akan diajarkan yaitu Budaya Demokrasi Menuju Masyarakat Madani.
Menentukan jumlah siklus yang akan dilakukan yaitu terdiri dari tiga siklus.
Menyusun RPP untuk masing-masing siklus.
Menyusun alat evaluasi kepada siswa yang akan memperoleh tindakan yang berupa soal-soal yang akan diberikan setelah pelaksanaan PBM pada masing-masing siklus.
Membuat lembar pengamatan aktifitas guru dan siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti bertindak sebagai pihak yang melakukan tindakan, sedangkan yang bertindak sebagai pengamat adalah guru bidang Pendidikan Kewarganegaraan.
Tindakan (Acting)
Pada tahap ini dilaksanakan siklus yang terdiri dari tiga siklus dengan masing-masing satu RPP. Pada masing-masing siklus diberikan tes untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan prestasi belajar melalui penerapan pendekatan yang diajarkan.
Pengamatan (Obeservasi)
Pada tahap ini pengamat mengamati setiap kejadian yang berlangsung ketika proses pelaksanaan tindakan yang dilakukan oleh peneliti, dalam melakukan pengamatan ini pengamat mengisi lembar observasi kegiatan guru dan siswa pada proses kegiatan belajar mengajar.
Refleksi (Reflecting)
Refleksi adalah kegiatan untuk mengingat kembali, merenungkan dan mengemukakan kembali apa yang terjadi pada siklus I untuk menyempurkan siklus II dan siklus III. Peneliti dan pengamat melakukan diskusi untuk mengetahui kehendak atau hambatan yang dihadapi. Di samping itu siswa yang dikenai tindakan juga dapat diikutsertakan untuk merespon terhadap tindakan yang dilakukan peneliti pada siklus I sampai siklus III.

DOWNLOAD CONTOH PTK PENELITIAN TINDAKAN KELAS PKN SMA LENGKAP


Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas – PKn

Contoh Laporan Penelitian Tindakan Kelas – PKn

JASA PEMBUATAN ADMINISTRASI BP/BK DI SEKOLAH DAN PTK/BK

HUBUNGI KAMI DI 081222940294
WA: 081222940294
BBM: 5AA33306

Untuk Detail Harga Administrasi Dan Perangkat BK Klik Disini
Untuk Pilihan Judul Dan detail Harga PTK/BK Klik Disini
Atau Cek FB Kami DISINI





BAB I
PENDAHULUAN
  • A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.
Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis didalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasi-organisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.
Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Pendidikan Kewarganegaraan (Citizenship Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosio-kultural, bahasa, usia, dan suku bangsa.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (KBK 2004 dan Standar Isi 2006) ditegaskan bahwa :
  • I. Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan :
Tujuan Pendidikan Menengah Kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya
  • II. Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan
Standar isi Pendidikan Kewarganegaraan SMA/SMK/MA :
  • 1. Memahami hakekat Bangsa dan Negara kesatuan Republik Indonesia
  • 2. Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hokum, peradilan nasional, dan tindakan anti korupsi
  • 3. Meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun luar negeri
  • 4. Menganalisis peran dan hak warganegara dan system pemerintahan Negara Kesatuan Repbulik Indonesia
  • 5. Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi, kedaulatan Negara, keterbukaan dan keadilan di Indonesia
  • 6. Mengevaluasi hubungan Internasional dan sistem hokum internasional
  • 7. Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai dengan pancasila dan UUD 1945
  • 8. Mengaalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan Internasional, regional dan kerjasama Global lainnya
  • 9. Menganalisis sistem hokum internasional, timbulnya konflik internasional, dan mahkamah internasional.
Dari Standar Isi dan Standar Kompetensi tersebut diatas, penulis memilih butir ketiga yaitu meganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan, penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di luar negeri, sebagai landasan judul penelitian tindakan kelas ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Anak cenderug tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hafalan semata, kurang menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn siswa di sekolah.
Banyak faktor yang menyebabkan hasil belajar PKn siswa rendah yaitu faktor internal dan eksternal dari siswa. Faktor internal antara lain: motivasi belajar, intelegensi, kebiasan dan rasa percaya diri. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang terdapat di luar siswa, seperti; guru sebagai Pembina kegiatan belajar, startegi pembelajaran, sarana dan prasarana, kurikulum dan lingkungan.
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Pembelajaran yang mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada siswa (Focus on Learners), memberika pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan nyata (provide relevant and contextualized subject matter) dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada siswa.
Disinilah guru dituntut untuk merancang kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kompetensi, baik dalam ranah kognitif, ranah afektif maupun psikomotorik siswa. Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa dan peciptaan suasana yang menyenangkan sangat diperlukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn. Dalam hal ini penulis memilih model “pembelajaran berbasis masalah (PROBLEM BASED LEARNING) dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu proses belajar mengajar didalam kelas dimana siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul, setelah itu tugas guru adalah merangsang untuk berfikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan persfektif yang berbeda diantara mereka.
Menurut E. Mulyana Pembelajaran aktif dengan menciptakan suatu kondisi dimana siswa dapat berperan aktif, sedangkan guru bertindak sebagai fasilitator[1]  Pembelajaran harus dibuat dalam suatu kondisi yang menyenangkan sehingga siswa akan terus termotivasi dari awal sampai akhir kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini pembelajaran dengan Problem Based Learning sebagai salah satu bagian dari pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan guru disekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran PKn.
Berdasarkan uraian diatas maka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, dirancang untuk mengkaji penerapan pembelajaran model “Problem Based Learning” dalam meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn
  • B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah tersebut diatas, maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
  • 1. Apakah pembelajaran model Problen Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam masalah PKn?
  • 2. Bagaimana penerapan pembelaran model Problem Based Learning di kelas dalam mata pelajaran PKn?
  • 3. Sejauh manakah pendekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa?
  • C. PEMECAHAN MASALAH
PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan “How to Develop Better Civics Behaviours” membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya.
 Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2].
Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain :
  • 1. Kemampuan menguasai bahan ajar
  • 2. Kemampuan dalam mengelola kelas
  • 3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar
  • 4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil
Selanjutnya UNESCO dalam Soedijarto (2004 : 10-18) mencanangkan empat pilar belajar dalam pembelajaran (termasuk model Problem Based Learning) :
  • 1. Learning to Know ( penguasaan ways of knowing or mode of inquire)
  • 2. Learning to do ( controlling, monitoring, maintening, designing, organizing)
  • 3. Learning to live together
  • 4. Learning to be [3]
Berdasarkan uraian analisis permasalahan diatas, pendekatan model Problem Based Learning apabila diterapkan di kelas akan dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn.
  • D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelititan Tindakan Kelas ini adalah meningkatkan kemampuan memecahkan masalah HAM dalam mata pelajaran PKn khususnya kelas X Ak pada SMKN 3 Jakarta, sehingga pembelajaran PKn menjadi lebih menyenangkan dan menimbulkan kreatifitas.
  • E. MANFAAT HASIL PENELITIAN
Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
  • 1. Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran PKn di Sekolah Menengah Kejuruan.
  • 2. Mengembangkan kualitas guru dalam mengajarkan pedidikan kewarganegaraan di Sekolah Menengah Kejuruan.
  • 3. Memberikan alterntif kegiatan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan
  • 4. Menciptakan rasa senang belajar Pendidikan Kewarganegaraan selama pelajaran berlangsung dengan adanya “The Involvement of Participaton melalui Problem Based Learning.”
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
•A.   KAJIAN TEORI
  • 1. Hakekat Pembelajaran PKn
  • a. Pengertian belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach.
Perubahan yang dihasilkan oleh proses belajar bersifat progresif dan akumulatif, megarah kepada kesmpurnaan, misalnya dari tidak mampu menjadi mampu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, baik mencakup aspek pengetahuan (cognitive domain), aspek afektif (afektive domain) maupun aspek psikomotorik (psychomotoric domain). Belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan[4]
Ada empat pilar belajar yang dikemukakan oleh UNESCO, yaitu :
  • 1. Learning to Know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tekhnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan.
  • 2. Learning to do adalah pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controlling, Monitoring, Maintening, Designing, Organizing. Belajar dengan melakukan sesuatu dalam potensi yang kongkret tidak hanya terbatas pada kemampuan mekanistis, melainkan juga meliputi kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dengan orang lain serta mengelola dan mengatasi koflik
  • 3. Learning to live together adalah membekali kemampuan untuk hidup bersama dengan orang lain yang berbeda dengan penuh toleransi, saling pengertia dan tanpa prasangka.
  • 4. Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran yang untuk mencapai tingkatan ini diperlukan dukungan keberhasilan dari pilar pertama, kedua dan ketiga. Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahua yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Bila ketiganya behasil dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga menjadi manusia yang mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap dan mandiri, memiliki kemantapan emosional dan intelektual, yang dapat mengendalikan dirinya dengan konsisten, yang disebut emotional intelegence (kecerdasan emosi).
  • 5.
  • b. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pelajaran PKn dalam rangka “nation and character building” :
Pertama : PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang releven, yaitu: ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psokoliogi dan disiplin ilmu lainnya yang digunakan sebagai landasan untuk melakukan kajian-kajian terhadap proses pengembangan konsep, nilai dan perilaku demokrasi warganegara.
Kedua : PKn mengembangkan daya nalar (state of mind) bagi para peserta didik. Pengembangan karakter bangsa merupakan proses pengembangan warganegara yang cerdas dan berdaya nalar tinggi. PKn memusatkan perhatiannya pada pengembangan kecerdasan warga negara (civic intelegence) sebagai landasan pengembangan nilai dan perilaku demokrasi.
Ketiga : PKn sebagai suatu proses pencerdasan, maka pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah yang lebih inspiratif dan partisipatif dengan menekankan pelatihan penggunaan logika dan pealaran. Untuk menfasilitasi pembelajaran PKn yang efektif dikembangkan bahan pembelajaran yang interaktif yang dikemas dalam berbagai paket seperti bahan belajar tercetak, terekam, tersiar, elektronik, dan bahan belajar yang digali dari ligkungan masyarakat sebagai pengalaman langsung (hand of experience).
Keempat: kelas PKn sebagai laboratorium demokrasi. Melalui PKn, pemahaman sikap dan perilaku demokratis dikembangkan bukan semata-mata melalui ‘mengajar demokrasi” (teaching democracy), tetapi melalui model pembelajaran yang secara langsung menerapkan cara hidup secara demokrasi (doing democracy). Penilaian bukan semata-mata dimaksudkan sebagai alat kedali mutu tetapi juga sebagai alat untuk memberikan bantuan belajar bagi siswa sehingga lebih dapat berhasil dimasa depan. Evaluasi dilakukan secara menyeluruh termasuk portofolio siswa dan evaluasi diri yang lebih berbasis kelas.
  • B. KERANGKA BERPIKIR
  • 1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning
Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri.
Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka.
Dari uraian diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar PKn siswa dibandingkan dengan pendekatan tradisional (metode ceramah).
  • 2. Pendekatan dan penerapan model Problem Based Learning dalam mata pelajaran PKn
Pembelajaran model Problem Based Learning berlangung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, menemukan dan mendiskusikan masalah serta mencari pemecahan masalah, bukan transfer pengetahuan dari guru ke siswa. Siswa megerti apa makna belajar, apa manfaatya, dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya. Mereka sadar bahwa yang mereka pelajari berguna bagi hidupnya nanti. Siswa terbiasa memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang bergua bagi dirinya dan bergumul dengan ide-ide.
Dalam pembelajaran model Problem Based Learning tugas guru mengatur strategi belajar, membantu menghubungkan pengetahuan lama dengan pngetahuan baru, dan memfasilitasi belajar. Anak harus tahu makna belajar dan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dari pembahasan diatas dapat diduga bahwa pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar efektif dan kreatif, diaman siswa dapat membangun sendiri pengetahuannya, menemukan pengetahuan dan keterampilannya sendiri melalui proses bertanya, kerja kelompok, belajar dari model yang sebenarnya, bisa merefleksikan apa yang diperolehnya antara harapan dengan kenyataan sehingga peningkatan hasil belajar yang didapat bkan hanya sekedar hasil menghapal materi belaka, tetapi lebih pada kegiatan nyata (pemecahan kasus-kasus) yang dikerjakan siswa pada saat melakukan proses pembelajaran (diskusi kelompok dan diskusi kelas)
  • C. HIPOTESIS TINDAKAN
Dengan demikian dapat diduga bahwa:
  • 1. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran PKn siswa kelas X Ak SMKN 3 Jakarta
  • 2. Pedekatan model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran efektif, aktif dan kreatif.
BAB III
Pelaksanaan Penelitian
A. Perencanan Penelitian
    
  • 1. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Class Action Research) yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama sama untuk peneliti dan decision maker tentang variable yang dimanipulasikan dan dapat digunakan untuk melakukan perbaikan.
Alat pengumpul data yang dipakai dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, catatan siswa, rekaman tape recorder, wawancara, angket dan berbagai dokumen yang terkait dengan siswa.
Prosedur penelitian terdiri dari  4 tahap, yakni  perencanaan, melakukan tindakan, observasi,dan evaluasi. Refleksi dalam tahap siklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya.
Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa saat mata pelajaran PKn dengan pendekatan Problem Based Learning (pembelajaran berbasis masalah) untuk melihat perubahan tingkah laku siswa, untuk mengetahui tingkat kemajuan belajarnya yang akan berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpul data yang sudah disebutkan diatas.
Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, presensi, nilai tugas seta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama dalam diskusi, kemampuan atau keberanian siswa dalam melaporkan hasil.
Instrument yang dipakai berbentuk : soal tes, observasi, catatan lapangan. Data yang terkumpul dianalisis untuk mengukur indikator keberhasilan yang sudah dirumuskan.
  • 2. Tempat
            Penelitian ini dilakukan di SMK Negeri 3 Jakarta pada siswa kelas I AK, dengan jumlah siswa 37 orang, yang terdiri dari 3 orang laki-laki dan 34 orang perempuan. Penelitian dilaksanakan pada saat mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan berlangsung dengan pokok bahasan “Peran Serta dalam Penghormatan dan Penegakan HAM”.
  • 3. Waktu Penelitian
Penelitian direncanakan selama 4 (empat) bulan dimulai pada pertengahan bulan Agustus sampai dengan pertengahan bulan Desember 2007.
  • 4. Prosedur Penelitian
Siklus I
  • A. Perencanaan
  • Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.
  • Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar.
  • Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
  • Memilih bahan pelajaran yang sesuai
  • Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dan pembelajaran berbasis masalah. (PBL).
  • Mempersiapkan sumber, bahan, dan alat Bantu yang dibutuhkan.
  • Menyusun lembar kerja siswa
  • Mengembangkan format evaluasi
  • Mengembangkan format observasi pembelajaran.
  • B. Tindakan
  • Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaran.
  • Siswa membaca materi yang terdapat pada buku sumber.
  • Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku sumber.
  • Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajari.
  • Siswa berdiskusi membahas masalah (kasus) yang sudah dipersiapkan oleh guru.
  • Masing-masing kelompok melaporkan hasil diskusi.
  • Siswa mengerjakan lembar kerja siswa (LKS).
  • C. Pengamatan
  • Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan yaitu dengan alat perekam, catatan anekdot untuk mengumpulkan data.
  • Menlai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa (LKS).
  • D. Refleksi
  • Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.
  • Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.
  • Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.
       Siklus II
  • A. Perencanaan
  • Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.
  • Menentukan indikator pencapaian hasil belajar.
  • Pengembangan program tindakan II.
  • B. Tindakan
Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:
  • 1. Guru melakukan appersepsi
  • 2. Siswa yang diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
  • 3. Siswa mengamati gambar-gambar / foto-foto yang sesuai dengan materi.
  • 4. Siswa bertanya jawab tentang gambar / foto.
  • 5. Siswa menceritakan unsure-usur Hak Asasi Manusia yang ada pada gambar.
  • 6. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, memahami materi dan menulis hasil diskusi untuk dilaporkan.
  • 7. Presentasi hasil diskusi.
  • 8. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa.
  • C. Pengamatan (Observasi)
  • Melakukan observasi sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat semua hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung.
  • Menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.
  • D. Refleksi
  • Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.
  • Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.
  • Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III
  • Evaluasi tindakan II
Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.
          Siklus III (bila diperlukan).
Kriteria keberhasilan penelitian ini dari sisi proses dan hasil. Sisi proses yaitu dengan berhasilnya siswa memecahkan masalah melalui ” Pembelajaran berbasis masalah ” dengan mengadakan diskusi kelompok belajar, dimana para siswa dilatih untuk berani mengeluarkan pendapat dan / atau berbeda pendapat tentang masalah Hak Asasi Manusia, khususnya :
  • Hak Hidup (pasal 9 UU no 39/1999)
  • Hak Wanita (pasal 45 – 51 UU no 39/1999 )
  • Hak Anak (pasal 52 – 66 UU no 39/1999)
  • HAka Berkeluarga dan Melanjutkan Ketuunan ( pasal 10 UU no. 39/1999)
  • Hak Mengembangkan Diri (pasal 11 – 16 UU no 39/1999)
  • Hak Memperoleh Keadilam (pasal 17 – 19 UU no 39/1999)
  • Hak Atas Kebebasan Pribadi (pasal 20 – 27 UU no 39/1999)
  • Hak Atas Rasa Aman ( pasal 28 – 35 UU no 39/1999)
  • Hak Atas Kesejahteraan (pasal 36 – 42 UU no 39/1999)
  • Hak Turut Serta dalam Pemerintah (pasal 43 – 44 UU no 39/1999)
Belajar PKn serasa lebih menyenagkan, meningkatkan motivasi / minat siswa, kerjasama dan partisipasi siswa semakin meningkat.
Hal ini dapat diketahui melalui hasil pengamatan yang terekam dalam catatan anekdot dan jurnal harian, serta melalui wawancara tentang sikap siswa terhadap PKn. Bila 70% siswa telah berhasil , permasalahan kasus-kasus bentuk-bentuk HAM dari pasal 9 uu no 39 tahun 1999 s/d pasal 66 uu no 39 tahun 1999 melalui metode Problem Based Learning, maka tindakan tersebut diasumsikan sudah berhasil.
Kriteria hasil penelitian tentang penguasaan materi ” Masalah HAM ” dan aktivitas siswa ditetapkan sebagai berikut :
Table 1. Kriteria nilai penguasaan materi / kasus HAM (Hak Hidup, Hak Wanita, Hak Anak)
No
NIlai
Kriteria
1
< 5,9
Kurang
2
6,0 – 7,50
Sedang
3
7,51 – 8,99
Baik
4
9,00 – 10
Baik Sekali
Table 2. Kriteria aktivitas siswa yang relevan
No
NIlai
Kriteria
1
< 50
Kurang
2
60 – 69
Sedang
3
70 – 89
Baik
4
90 – 100
Baik Sekali
      
  
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
  • A. Hasil Penelitian
Pembelajaran PKn dikelas I SMK Negeri 3 Jakarta ini dilakukan dalam dua siklus.
Pada setiap siklus, data yang diambil adalah aktivitas dan nilai evalusi pada akhir siklus.
Hasil Observasi aktivitas siswa dari siklus ke siklus dapat dilihat pada table-tabel berikut ini :
Table 3. Data aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran.
No
Indikator
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat52,75%69,44%
2Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran ( meyelesaikan tugas mandiri atau tugas kelompok )63,82%83,35%
3Interaksi siswa dalam mengikuti diskusi kelompok72,25%88,32%
4Hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran75,00%91,66%
5Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran  ( Dalam kerja kelompok)77,65%86,11%
6Partisipasi siswa dalam pembelajaran  (memperhatikan), ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru).80,55%94,45%
Rata -Rata70,33%85,55%
Berdasarkan tabel 3 diatas, terlihat bahwa aktivitas siswa yang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus1 yaitu sebesar 12,42%.
Selanjutnya  data aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran terlihat pada table 4.
Table 4. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran.
No
Indikator
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1Tidak memperhatikan penjelasan guru27,75%13,88%
2Mengobrol dengan teman19,44%8,33%
3Mengerjakan tugas lain16,60%5,50%
Rata – rata21,26%9,25%
Berdasarkan tabel 4 diatas terlihat bahwa aktivitas siswa yang kurang relevan dengan kegiatan pembelajaran pada siklus 2 mengalami penurunan dibandingkan dengan siklus 1 yaitu sebesar 12,01%.
Data pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar dari siklus ke siklus dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut.
Tabel 5. Data Pemahaman Siswa tentang masalah HAM dan ketuntasan belajar siswa .
No
Aspek yang diamati
Ketercapaian
Siklus I
Siklus II
1Nilai Rata-rata pemahaman HAM7,01%7,80%
2Siswa yang telah tuntas74,82%89,96%
3Siswa yang belum tuntas16,52%7,88%
Berdasarkan tabel 5 diatas, nilai rata-rata pemahaman siswa tentang masalah HAM mengalami peningkatan dari siklus 1 ke siklus 2, begitu juga prosentase siswa yang mencapai ketuntasan belajar meningkat dari siklus 1 ke siklus2 sebesar 15,14%.
  • B. Pembahasan
          Siklus pertama dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Siswa dibagi menjadi delapan kelompok dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 – 5  orang. Setiap anggota kelompok  diberi lembaran kasus yang telah disediakan oleh guru. Tiap-tiap kelompok melakukan pembahasan  dengan mengacu kepada buku pegangan dan Undang-Undang no. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia serta Undang Undang Dasar 1945 (yang telah diamandemen).
Hasil pengamatan guru menunjukan pada pembahasan siklus pertama dengan judul hak hidup (pro dan kontra masalah pengguguran kandungan/aborsi), terlihat para siswa sangat antusias dalam mengajukan pertanyaan dan memberikan argumentasi.
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat keberanian siswa bertanya dan mengemukakan pendapat, rerata perolehan skor pada siklus pertama 52,75 % menjadi 69,44 %, mengalami kenaikan 16,69 %. Begitupun dalam indikator motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran pada siklus pertama rata-rata 63,82 % dan pada siklus kedus 83,35 % mengalami kenaikan 19,53 %. Dalam indikator interaksi siswa selama mengikuti diskusi kelompok pada siklus pertama 72,25 % dan pada siklus kedua 88,32 % mengalami kenaikan sebesar 16,07 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan guru selama kegiatan pembelajaran, pada siklus pertama 75 % dan pada siklus kedua 91,66 % mengalami kenaikan sebesar 16,66 %. Dalam indikator hubungan siswa dengan siswa, pada siklus pertama 77,65 % sedangkan pada siklus kedua 86,11 % mengalami kenaikan sebesar 8,46 %. Dalam indikator partisipasi siswa dalam pembelajaraan terlihata pada siklkus pertama 80,55 %, sedangkan pada silklus kedua 94,45 % mengalam kenaikan sebesar 13,9 %.
Melalui model Problem Based Learning ini terlihat hubungan siswa dengan guru sangat signifikan karena guru tidak dianggap sosok yang menakutkan tetapi sebagai fasilitator dan mitra untuk berbagi pengalaman sesuai dengan konsep creatif learning yaitu melalui discovery dan invention serta creativity and diversity sangat menunjol dalam model pembelajaran ini. Dengan model problem based learning guru hanya mengarahkan strategi yang efektif dan efisien yaitu belajar bagaimana cara belajar ( learning how to learn). Dalam metode learning how to learn guru hanya sebagai guide (pemberi arah/petunjuk) untuk membantu siswa jika menemukan kesulitan dalam mempelajari dan menyelesaikan masalah. Melalui metode learning how to learn siswa dapat mengeksplorasi dan mengkaji setiap persoalan, setiap kasus Hak Asasi Manusia yang meliputi:
  • 1. Hak untuk hidup (membahas tentang pro dan kontra pengguguran kandungan/aborsi)
  • 2. Hak wanita (Hak perempuan) membahas tentang pro dan kontra perkawinan dibawah tangan ( nikah syiri)
  • 3. Hak anak (membahas tentang peluang anak yang cacat untuk memperoleh pendidikan serta untuk memperoleh perlakuan bahwa setiap orang baik yang normal maupun yang cacat dilindungi oleh hukum
Dalam model Problem Based Learning melalui diskusi kelompok guru dapat mengamati karakteristik atau gaya belajar masing-masing siswa. Ada kelompok siswa yang lebih suka membaca daripada dibacakan kasusnya oleh orang lain. Siswa yang lebih suka membacakan kasus dalam hal ini tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas visual (gaya belajar visual). Sedangkan siswa yang lebih suka berdialog, saling mngajukan argumentasi dengan cara mendengarkan siswa yang lain sewaktu menyampaikan pendapatnya baru kemudian menyampaikan pendapatnya tergolong kepada siswa yang memiliki potensi atau modalitas Auditorial (gaya belajar Auditorial). Dan siswa yang dengan lugas, lincah dan fleksibel, selain melihat, mendengar uraian dari siswa yang lain, dia juga mengakomodir semua permasalahan, mampu membuktikan teori kedalam praktek,  mampu memecahkan masalah secara rasional, tergolong kepada kelompok belajar yang memiliki potensi atau modalitas Kinestetik (gaya belajar Kinestetik). Kelompok kinestetik ini tergolong kepada tipe belajar konvergen dimana siswa memiliki kekuartan otak kiri lebih dominan dan cenderung bertanya dengan menggunakan kata tanya “How” (bagaimana).
Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas diatas prosentasi ketercapaian pada siklus npertama mengalami peningkatan yang signifikan pada siklus kedua, maka dapat disimpulkan bahwa temuan pada penelitian menjawab hipotesis yang dirumuskan pada bab II bahwa melalui model Problem Based Learning dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
  • A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada bab IV diatas, ada beberapa temuan dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu:
  • 1. Skor rerata aktivitas siswa yang relevan dengan pembelajaran mengalami peningkatan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat meningkat dari 70.33 % menjadi 85,55 % mengalami kenaikan sebesar 15,22 %
  • 2. Skor rerata aktivitas siswa yang kurang relevan dengan pembelajaran mengalami penurunan dari siklus pertama sampai siklus kedua. Pada siklus pertama rerata skor aktivitas siswa yang tidak relevan sebesar 21,26 %, sedangkan pada siklus kedua sebesar 9,25 % mengalami penurunan sebesar 12,01 %
  • 3. Skor rerata pemahaman siswa tentang masalah Hak Asasi Manusia, pada siklus pertama sebesar 7,01 % dan pada siklus kedua pada siklus kedua 7,80 %, tergolong baik demikian juga tentang penuntasan belajar pada siklus pertama 74,82 % dan pada siklus kedua menjadi 89,96 %
 Berdasarkan temuan hasil penelitian ini dapat dismpulkan bahwa model Problem Based Learning  dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah Hak Asasi Manusia dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa SMK Negeri 3 Jakarta.
  • B. Saran
Berdasarkan temuan-temuan diatas, dapat diasarankan agar:
  • 1. Pembelajaran pengetahuan IPS pada umunya dan Pendidikan Kewarganegaraan pada khususnya dapat menggunkan mdel Problem Based Learning sebagai salah satu alternatif dalam proses penyampaian pembelajaran di Sekolah.
  • 2. melalui pembelajaran model Problem Based Learning, gurur dapat dengan mudah merespon potensi atau modalitas siswa daoam setiap kelompok belajar, apakah tergolong kepada kelompok Visual, atau kelompok Auditorial atau kelompok Kinestetik. Dengan demikian seorang guru yang profesional dapat elbih efektif dapat melakuakn kegiatan proses belajar mengajar, serta dengan mudah dapat merespon perbedaan0perbedaan potensi yang dimiliki peserta didiknya
  • 3. Bersyukurlah kita senantiasa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbanggalah kita menjadi seorang guru yang dilibatkan (diikut-sertakan) dalam kegiatan penelitian kegiatan kelas tahun 2007 ini. Berbuat lebih baik lagi, agar kita dapat menuntut yang lebih baik. Bekerjalah hari ini lebih baik daripada hari kemarin, dan besok harus lebih baik daripada hari ini. Dengan demikian, maka kita termasuk orang-orang yang sukses.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, H. Rozali, dan Syamsir, 2002, Perkembangan Hak Asasi Manusia dan Keberadaan Peradilan Hak Asasi Manusia di Indonesia, Jakarta, PT. Ghalia Indonesia
Affan Gaffar, 2002, Politik Indonesia, Transisi menuju Demokrasi, Jogjakarta, Pustaka Pelajar
Alfian, 1980, Politik, Kebudayaan dan Manusia Indonesia, Jakarta, LP3ES
Anonim, 1993, Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 50 tahun 1993 tentang Kominsi Nasional Hak Asasi Manusia
             , 2006, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi, Jakarta
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, dan Supardi, 2006, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta, Bina Aksara
Asshiddiqie, Jimly, 2005, Format Kelembagaan Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam UUD 1945, Jogjakarta, FHUII Press
BP7 Pusat, 1995, UUD 1945, P4, GBHN, Bahan Penataran P4, Jakarta, BP7 Pusat
Budimansyah, Dasim, 2002, Model Pembelajaran dan Penelian Portofolio, Bandung, PT. Genesindo
Budiardjo, Prof. Miriam, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta, Gramedia
Depdiknas, 2006, Standar Kompetensi Kurikulum Pendidikan Kewarganegaraan tahun 2006, Jakarta, Depdiknas
Gabriel A. Almond dan Sidney Verba, 1984, Budaya Politik, Jakarta, Bina Aksara
Kaelan, MS, 2004, Pendidikan Pancasila, Jogjakarta, Edisi reformasi, penerbit Paradigma
Lemhanas, 2001, Pendidikan Kewarganegaraan., Jakarta, Gramedia Pustaka Umum
Magnis-Suseno, Franz, 200, Etika Politik, Prinsip-Prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Jakarta, Gramedia
Malian, Sobirin dan Marzuki Suparman, 2003, Pendidikan Kewarganegaraan dan Hak Asasi Manusia, Jogjakarta, UII Press
Republik Indonesia, Undang-undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Tilaar, HAR, et, al, Dimensi-Dimensi Hak Asasi Manusia dalam Kurikulum Persekolahan Indonesia, Bandung, PT. Alumni
 Lampiran 1
PEDOMAN OBSERVASI
  • A. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran
No.IndikatorKetercapaian
YaTidak
1.Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
2.Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)
3.Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran  kelompok
4.Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran
5.Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran ( dalam kerja kelompok
6.Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru)
  • B. Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran
No.IndikatorKetercapaian
YaTidak
1.Tidak memperhatikan penjelasan guru
2.Mengobrol dengan teman
3.Mengerjakan tugas lain
FORMAT PENILAIAN KELOMPOK
No.
Nama.
Keberanian
Kerjasama
Penguasaan Materi
Ketepatan Jawaban


5
7
9
5
7
9
5
7
9
5
7
9
1













2













3













4













5













6













7













8













9













10













11













12













13













14













15













16













17













18













19













20













21













22













23













24













25













26













27













28













29













30













31













32













33













34













35













36













37

























Nama  :
Kelas   :
Lampiran 2LEMBARAN KASUS 1
HAK UNTUK HIDUP
Martina seorang gadis berusia 19 tahun berpacaran dengan pria bernama Anton berusia 25 tahun. Mereka sudah berhubungan lebih kurang 1 tahun, sehingga dalam hubungan mereka yang begitu akrab mereka melakukan hubungan suami istri yang mengakibatkan Martina hamil. Pacarnya Anton tidak menghendaki kehamilan tersebut karena Anton belum punya pekerjaan tetap dan belum siap untuk menikah. Saat itu Anton menyuruh Martina menggugurkan kandungannya.
Pertanyaan untuk didiskusikan:
  • 1. Apakah sikap Anton melanggar Hak Asasi Manusia
  • 2. Bagaiman tindakan Martina seharusnya?
  • 3. Dalam hal keadaan bagaimana seorang dokter dapat melayani pengguguran kandungan?
  • 4. Kemukakan dampak negatif dari perbuatan Aborsi bagi seorang wanita!
Nilai :                                   Paraf Guru:

Nama  :
Kelas   :
LEMBARAN KASUS 2HAK WANITA
Banyaknya kasus pernikahan dibawah tangan karena rendahnya sanksi hukum di Jakarta, ternyata banyak para suami yuang memiliki istri lebuih dari satu dengan cara dnikah di bawah tangan. Menurut ketua Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta, Ismail, maraknya perkawinan dibawah tangan karena dalam undang undang perkawinan tersebut tidak ada sanksi hukum yang cukup berat. Menurut Ismail, secara keagamaan, pernikahan yang dilakukan di bawah tangan itu tetap syah. Hanya saja secara hukum normatif, kegiatan perkawinan itu tidak tercatat. Dampaknya istri maupun anak-anak dari hasil perkawinan dibawah tangan itu tidak memiliki hak kepedataan misalnya, hak waris atau hak memperoleh nafkah. (Sumber: Republika 28 Mei 2004)
Pertanyaan:
  • 1. Bagaimana pendapat anda menganai praktek pernikahan di bawah tangan?
  • 2. jika anda seorang perepuan, apakah anda setuju dengan praktek pernikahan di bawah tangan?
  • 3. Bagaimana perlindungan Hak-hak istri serta anak dari hasil pernikahan di bawah tangan?
  • 4. Pendapat apa yang dapat anda berikan untuk melindungi istri dan anak-anak dari hasil pernikahan di bawah tangan?
Nilai :                                   Paraf Guru:
 
Lampiran 3
DATA HASIL PENELITIAN
Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran
No.
Indikator
Jumlah Siswa
Prosentase
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 1
Siklus 2
1.Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat
19
28
52,77
69,44
2.Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran (menyelesaikan tugas mandiri dan aktif mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru)
23
30
63,88
83,33
3.Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran  kelompok
26
32
72,22
88,32
4.Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran
27
33
75,00
91,66
5.Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran (dalam kerja kelompok)
28
32
77,65
86,11
6.Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti petunjuk guru)
29
34
80,55
94,55
Rerata
25,33
31,00
70,34
85,55
Data Aktivitas Siswa yang Kurang Relevan dengan Pembelajaran

No.
Indikator
Jumlah Siswa
Prosentase
Siklus 1
Siklus 2
Siklus 1
Siklus 2
1.Tidak memperhatikan penjelasan guru
10
5
27,75
13,88
2.Mengobrol dengan teman
7
3
19,44
8,33
3.Mengerjakan tugas lain
6
2
16,60
5,50
Rerata
7,66
3,33
21,26
9,23















PEROLEHAN SKOR HASIL BELAJAR SISWA
TENTANG HAK ASASI MANUSIA
No.
Nama
Nilai Siklus 1
Nilai Siklus 2
1
Abdurrahman Saleh
8,00
8,50
2
Agung Novianto
8,00
8,25
3
Agustia Ardila
7,50
8,00
4
Allisa Septia Indriani
5,25
6,.50
5
Aprilia Rulis
8,50
8,50
6
Dessy Lestari
4,75
6,00
7
Dini Tri Rulita Sari
9,00
9,50
8
Eka Novita Sari
5,50
7,00
9
Elysa Andelany A
6,75
7,50
10
Erliawati Suci
9,75
9,75
11
Evany Rodhiyah
7,75
8,75
12
Fina Nurfitriana
6,25
7,00
13
Fitria Aprilliani
6,00
7,00
14
Fitria Nurtiani
9,75
9,75
15
Ika Ayu Puji Lestari
9,00
9,00
16
Kuni Julita Sari
6,50
7,50
17
Mentari
4,75
6,00
18
Nungki Saraswati
4,75
6,00
19
Okti Marina
8,00
8,50
20
Putri Dina Sulistiyani
8,00
9,00
21
Resti Pratiwi
8,25
8,50
22
Ris Triadi
23
Septiasih
9,00
9,00
24
Siti Lutfiah
7,50
8,00
25
Sri Wahyuni
4,00
6,00
26
Syadat Faillah Syaifatul
8,00
8,50
27
Syawallyyah Handayani
4,00
6,00
28
Tia Ashari
5,25
6,75
29
Tria Oktarianti
8,75
9,00
30
Ulfah Nurillah
6,00
7,50
31
Umanti
7,75
8,00
32
Wenny Wulandari
6,00
7,00
33
Wike Widowati
7,25
7,75
34
Wina Waskilah Dewi
9,00
9,00
35
Wisika
5,50
6,50
36
Wulandari
6,50
7,50
37
Yuli Yana Wulansari
6,00
7,25
Rerata
7,01
7,80
Diketahui oleh:
Kepala SMK Negeri 3 Jakarta



Drs. Dedi Dwitagama, MM, Msi.
NIP. 131765462
Jakarta, November 2007
Peneliti



Drs. Aston L. Toruan SH.
NIP. 130523414
Lampiran 4
TIPE GAYA BELAJAR ANDA
PETUNJUK PENGISIAN
  • 1. Baca pernyataan/pertanyaan, pilih jawaban yang paling cocok dan paling natural pada anda!
  • 2. Pertanyaan yang mungkin perlu anda perhatikan adalah, “Manakah yang paling cocok dengan diri saya saat ini?”
  • 3. Anda boleh memilih dua atau bahkan semua pilihan jawaban yang tersedia dengan catatan demikianlah adanya diri anda !
  • 4. Tulis jawaban anda di lembar soal yang telah disediakan
  • 5. Apabila anda tidak menjawab dengan akurat maka hasil tes ini tidak akan menggambarkan diri anda yang sesungguhnya.
SELAMAT MENGERJAKAN
  • 1. Jika anda bertemu dengan teman baru, apa yang biasanya anda perhatikan pertama kali?
  • a. penampilan dan cara berpakaiannya
  • b. cara berbicara saat mengucapkan kata-kata atau suaranya
  • c. cara mereka bertingkah laku atau berperilaku
  • 2. beberapa hari setelah anda bertemu dengan orang baru, apa yang biasanya paling anda ingat dari orang tersebut?
  • a. wajah
  • b. nama
  • c. sesuatu yang anda lakukan bersamanya meski lupa nama dan wajahnya
  • 3. saat anda memasuki ruangan yang baru apa yang paling anda perhatikan
  • a. keadaan ruangan
  • b. suara ataupun diskusi yang berlangsung di ruangan tersebut
  • c. aktifitas yang sedang berjalan yang dilakukan diruangan tersebut
  • 4. Jika anda mempelajari sesuatu yang baru, cara mana yang paling anda sukai?
  • a. diberui bahan untuk dibaca dan ditunjukkan buku-buku, gambar, grafik, peta, bagan atau objek
  • b. diberikan penjelasan melalui diskusi dan kesempatan bertanya, tetapi tidak diberikan sesuatu untuk dilihat, dibaca, ditulis atau dikerjakan
  • c. diberikan kesempatan untuk mengerjakan sebuah projek, simulasi, percobaan, permainan, eksplorasi dan penemuan-penemuan yang memungkinkan anda bergerak bebas dalam belajar
  • 5. Saat anda harus mengajar orang lain, manakah yang akan anda lakukan?
  • a. memberikan sesuatu kepada mereka untuk dihormati seperti suatu objek, gambar atau bagan
  • b. anda akan menjelaskan dengan berbicara, tetapi tidak memberikan materi visual apapun
  • c. anda mendemonstrasikan dan mengajak mereka melakukan secara bersama-sama
  • 6. Jenis buku apa yang paling anda suka?
  • a. buku yang berisi penjelasan untuk membantu memahami situasi
  • b. buku yang berisi informasi faktual, sejarah atau dialog-dialog
  • c. buku saku yang berisi tips olahraga, hobi, atau cara mengembangkan bakat
  • 7. Jenis aktivitas apa yang akan anda lakukan dalam waktu senggang anda?
  • a. membaca buku atau majalah
  • b. mendengarkan pelajaran lewat kaset atau radio
  • c. berolahraga atau melakukan permainan yang membutuhkan gerakan tubuh
  • 8. Berikut ini situasi mana yang anda anggap paling enak untuk membaca atau mempelajari sesuatu
  • a. anda tetap bisa belajar dengan diiringi musik atau suara-suara bising disekelling anda
  • b. anda tidak akan bisa belajar bila ada musik atau kebisingan di sekeliling anda
  • c. anda harus merasa nyaman, tetap bisa belajar baik dengan atau tanpa musik tapi aktivitas dan kegiatan yang berlagsung di ruangan bisa mempengaruhi proses belajar anda
  • 9. Saat anda berbicara dengan seseorang kemanakah arah pandangan mata anda?
  • a. anda merasa harus melihat tepat diwajah orang yang anda ajak berbicara dan iapun harus melihat wajah anda
  • b. anda memandangnya hanya sekilas saja dan kemudian mata anda melihat dari satu sisi ke sisi yang lain, ke kanan atau kekiri
  • c. anda sering memandangnya dan melihat ke bawah atau ke arah lain, tetapi jika ada suatu gerakan maka anda akan mengalihkan pandangan ke arah gerakan tersebut
  • 10. Pernyataan manakah yang paling pas menggambarkan diri anda
  • a. anda senang mengamati warna, bentuk, dan desain
  • b. anda tidak biasa tinggal diam dan jika sekeliling anda begitu sunyi maka anda akan bersenandung atau menghidupkan tv agar diruangan tersebut selalu ada suara
  • c. Anda merasa kesulitan bila harus duduk berlama-lama dan harus banyak bergerak dan bila anda harus duduk anda akan membungkuk, bergeser-geser, atau sering menggerak-gerakkan kaki
















Lampiran 5
RENCANA PEMBELAJARAN
Nama Sekolah             : SMK Negeri 3 Jakarta
Mata Pelajaran            : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas                                      : I (satu) SMK
Semester                      : 1 (satu)
Waktu                            : 2 X 45 menit (1 x pertemuan)
Kompetensi Dasar                : Kemampuan Menganalisis Penegakan HAM dan Implikasinya
  • I. Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat menganalisis pengertian HAM, macam-macam HAM dan perkembangan Hak Asasi Manusia
  • II. Materi Ajar
Penegakan Hak Asasi Manusia dan Implikasinya:
  • 1. Pengertian Hak Asasi Manusia
  • 2. Macam-macam Hak Asasi Manusia
  • 3. Perkembangan Hak Asasi Manusia dalam piagam Hak Asasi Manusia
  • III. Media/Metode Pembelajaran
  • 1. Kliping tentang Hak Asasi Manusia
  • 2. Kasus yang berhubungan dengan Hak Asasi Manusia
  • 3. Lembar pengamatan/skala sikap
  • 4. Kertas
  • 5. Alat tulis
  • IV. Langkah-Langkah Pembelajaran
Langkah Pembelajaran 1 (Apersepsi):
  • Melakukan tanya jawab dengan siswa tentang Hak Asasi Manusia
  • Menunjukkan gambar-gambar tokoh-tokoh yang berjasa dalam memperjuangkan Hak Asasi Manusia
Kegiatan Inti:
  • Membagi siswa dalam kelompok belajar, masing-masing kelompok belajar terdiri dari 4 – 5 orang :
  • a. siswa 1 membahas hak untuk hidup
  • b. siswa 2 membahas hak wanita
  • c. siswa 3 membahas hak anak
  • d. siswa 4 membahas hak turut serta dalam pemerintah
  • e. siswa 5 membahas hak memperoleh keadilan
  • Siswa-siswa dengan nomor yang sama membentuk kelompok baru membahas hak asasi sesuai tugas pada nomornya
  • Memastikan semua siswa memiliki catatan hasil diskusi tersebut, sehingga dalam waktu yang bersamaan semua siswa akan mendapat jawaban dari kelima kasus
  • Salah satu siswa melaporkan hasilnya didepan kelas dan yang lainnya menyimak laporan tersebut
  • Guru memberikan penguatan dan klarifikasi terhadap laporan dan jawaban siswa
Kegiatan Akhir:
Penilaian
Data kemajuan belajar siwa diperoleh dari:
  • 1. Partisipasi siswa dalam kerja kelompok
  • 2. Lembar kerja pengumpulan daftar kerja kelompk
  • 3. Cara siswa menyampaikan usul deskriptif secara lisan
  • 4. Hasil laporan siswa terhadap kasus yang dibahas
  • 5. Lembar pengamatan/skala sikap
  • 6. Sikap dan perilaku selama kerja kelompok
Catatan:
Dilakukan refleksi diakhir pembelajaran:
  • 1. Bertanya kepada siswa apakah senang dengan kegiatan belajar yang baru saja diikuti?
  • 2. Apakah melalui kegiatan belajar demikian anda lebih memahami Hak Asasi Manusia?